Kamis 14 Mar 2024 10:05 WIB

Kurang Tidur Bisa Memperburuk Mood, Apa Hubungannya?

Studi baru meneliti efek ritme sirkadian dan waktu terjaga seseorang terhadap mood.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Tidur (ilustrasi). Kurang tidur memperburuk perubahan mood.
Foto: www.freepik.com
Tidur (ilustrasi). Kurang tidur memperburuk perubahan mood.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ritme sirkadian tubuh berhubungan dengan suasana hati. Ini menjelaskan mengapa orang yang memiliki pekerjaan yang memicu stres atau yang bekerja pada malam hari sering kali bergelut dengan depresi dan masalah suasana hati.  

Sebuah studi baru meneliti efek ritme sirkadian dan waktu terjaga seseorang terhadap suasana hatinya. Riset ini digagas oleh tim peneliti dari Universitas Michigan di Amerika Serikat dan layanan kesehatan Dartmouth Health, menggunakan data Fitbit 2.602 peserta selama dua tahun.  

Baca Juga

Peneliti menemukan bahwa siklus suasana hati ini mencapai titik tertinggi pada pukul 17.00 dan titik terendah pada pukul 05.00. Kurang tidur memperburuk perubahan suasana hati ini, sehingga mengakibatkan mood yang lebih buruk dan perubahan suasana hati drastis sepanjang hari.

Penulis utama studi sekaligus psikiater di Dartmouth Health, Benjamin Shapiro, suasana hati secara alami berputar dari titik terendah pada pagi hari dan tertinggi pada malam hari, terlepas dari kondisi kurang tidur. Sementara, kurang tidur adalah proses tersendiri yang semakin menurunkan mood.  

"Seseorang yang terjaga sepanjang malam pada 05.00 pagi mempunyai mood yang lebih rendah dibandingkan jika mereka baru bangun pukul 05.00. Namun, pada hari-hari biasa, mood mereka pada pukul 05.00 akan tetap lebih rendah dibandingkan pada malam hari," kata Shapiro, dikutip dari laman Tech Explorist, Kamis (14/3/2024). 

Dalam studi, detak jantung peserta diukur secara berkala, termasuk jarak berjalan kaki setiap hari, kebiasaan tidur, dan keadaan emosi. Dengan menggunakan informasi dari perangkat teknologi untuk melacak aktivitas dan detak jantung menit demi menit, peneliti juga menghitung waktu jam tubuh dan durasi tidur peserta.

Para ilmuwan menemukan bahwa suasana hati mengikuti ritme yang terkait dengan jam internal tubuh. Pengaruh jam internal ini meningkat ketika seseorang terjaga lebih lama, yang menunjukkan bagaimana jam tubuh mempengaruhi suasana hati. 

Jam tubuh peserta magang dan jumlah waktu mereka terjaga disesuaikan dengan penilaian suasana hati para peneliti. Selain ditemukan bahwa mood terbaik terjadi pada jam lima sore dan yang terburuk pada jam lima pagi, diamati pula bahwa semakin lama pekerja magang tetap terjaga, semakin buruk suasana hatinya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement