Ahad 06 Jun 2021 02:30 WIB

Pengguna Rokok Elektronik Juga Lebih Berisiko Kena Covid-19

Perilaku pengguna rokok elektronik berisiko membuatnya terkena Covid-19.

Cairan rokok elektronik (vape). Dokter paru mengingatkan, rokok elektronik bukanlah alat bantu untuk berhenti merokok.
Foto:

Feni mengingatkan, Organisasi Kesehatan Dunia menegaskan rokok elektronik berpotensi jadi pintu gerbang remaja menggunakan rokok konvensional dan narkoba. Kehadiran rokok elektronik menyebabkan perilaku merokok di masyarakat jadi sesuatu yang normal.

Feni memaparkan, rokok elektronik memang menarik hati generasi muda karena tampilan, alat, hingga rasanya. Namun, pengguna rokok elektronik justru cenderung bisa menggunakan rokok konvensional kelak.

"Dari penelitian, pengguna rokok elektronik selama sebulan, kemungkinan tujuh kali lebih besar merokok konvensional di masa depan. Ujung-ujungnya jadi perokok juga," katanya.

Zat yang terkandung dalam larutan rokok elektronik antara lain nikotin, propilen glikol, dietilen glikol, gliserol, dan perisa. Inilah yang membuat rokok elektronik menarik bagi anak muda karena punya varian rasa beragam, dan mereka pula yang disasar oleh produsen rokok elektronik. Menurut WHO, ada sekitar 8000 jenis perisa.

"Aslinya, bahan-bahan ini yang biasa dimasukkan untuk makanan, tapi begitu dimasukkan sebagai perisa pada rokok elektronik itu juga berbahaya bagi saluran napas kita."

Kandungan-kandungan dalam cairan rokok elektronik berdampak buruk terhadap kesehatan, seperti nikotin yang menimbulkan kecanduan, juga zat-zat lain yang bisa mengiritasi saluran napas dan paru, peradangan pada paru, jantung, sistemik, kerusakan sel, dan karsinogen. Feni menyimpulkan, rokok elektronik juga berbahaya untuk kesehatan.

"Jangan mulai merokok karena Anda tidak tahu kapan bisa berhenti. Berhenti merokok apa pun jenisnya merupakan pilihan terbaik demi kesehatan jangka panjang," tutup dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement