REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyandang kelainan imun cenderung tak membentuk antibodi untuk melawan virus corona setelah mendapatkan vaksin Covid-19. Temuan ini menunjukkan bahwa ada kelompok tertentu yang tak bisa mendapatkan perlindungan optimal dari vaksin Covid-19.
Hal ini diungkapkan dalam studi terbaru yang melibatkan ratusan penerima transplantasi organ sebagai partisipan. Penerima transplantasi organ merupakan salah satu kelompok yang memiliki sistem imun lemah. Sistem imun mereka lebih lemah karena harus mengonsumsi obat penekan imun.
Dalam studi, para partisipan ini menerima vaksin Covid-19 mRNA. Setelah pemberian dosis pertama, hanya 15 persen dari partisipan yang memproduksi antibodi. Lalu setelah pemberian dosis kedua, hanya 54 persen yang memproduksi antibodi.
Sebagian ahli menilai ada kemungkinan injeksi booster bisa membantu memperbaiki hasil vaksinasi pada kelompok dengan kelainan imun.
Antibodi memang bukan satu-satunya indikator dari imunitas. Akan tetapi, ada cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar orang memproduksi antibodi dan mempunyai imunitas yang kuat setelah vaksinasi atau terinfeksi Covid-19.
"Risiko sangat berbeda bagi orang-orang di situasi seperti saya," ujar penerima transplantasi ginjal Maria Hoffman, seperti dilansir Gizmodo, Sabtu (22/5).
Ada beragam kondisi lain yang dapat membuat seseorang mengalami kelainan imun atau memiliki imun yang lebih lemah. Salah satunya adalah penyandang kanker tertentu yang harus menjalani terapi seperti radiasi sehingga sistem imunnya menjadi lemah.
Mengingat masih ada kelompok-kelompok yang rentan terhadap penularan Covid-19, ahli menilai penerapan protkol kesehatan yang baik tetap perlu dilakukan. Oleh karena itu, ada banyak ahli yang mengkritisi keputusan CDC untuk melonggarkan aturan penggunaan masker. Pelonggaran aturan ini dinilai mengabaikan risiko yang mungkin harus dihadapi oleh orang-orang dengan kelainan imun.
Sebelum vaksin Covid-19 mulai didistribusikan, banyak ahli yang sudah memperkirakan bahwa individu dengan sistem imun yang lebih lemah akan kurang terlindungi oleh vaksinasi. Selain itu, sudah lama diketahui bahwa SARS-CoV-2 cenderung menyebabkan sakit Covid-19 yang lebih berat dan bertahan lebih lama pada individu dengan kelainan imun karena mereka memiliki respons imun yang lebih lemah.
Respons imun yang lebih lemah pada kelompok tersebut juga membuat mereka lebih rentan terhadap reinfeksi Covid-19. Reinfeksi pada kasus Covid-19 itu sendiri terhitung sangat jarang terjadi pada kebanyakan orang.