Selasa 16 Mar 2021 05:25 WIB

Pakar: Jangan Terapkan Intermittent Fasting Jangka Panjang

Pakar sebut 'Intermittent Fasting' sangat mengubah pola makan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Pakar sebut 'Intermittent Fasting' sangat mengubah pola makan.
Foto: Flickr
Pakar sebut 'Intermittent Fasting' sangat mengubah pola makan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Intermittent fasting/atau diet puasa merupakan salah satu tren pengaturan pola makan populer yang terdiri dari jendela makan dan jendela puasa. Ada banyak metode yang bisa dilakukan untuk menerapkan intermittent fasting, seperti metode 16/8, diet 5:2, hingga puasa 24 jam satu atau dua kali per pekan.

"Beberapa penelitian membuktikan (intermittent fasting) itu hasilnya cukup baik," jelas spesialis gizi klinik Dr dr Samuel Oetoro MS SpGK(K), dalam #GoodTalkSeries bersama GoodDoctor melalui siaran IG Live @gooddoctor.id, Ahad (14/3).

Baca Juga

Akan tetapi, Dr Samuel mengatakan intermittent fasting sebaiknya tak dilakukan terus-menerus atau dalam jangka panjang. Alasannya, ada proses metabolisme di dalam tubuh yang harus terpenuhi kebutuhannya. Di sisi lain, intermittent fasting sangat mengubah pola makan.

Selain itu, Dr Samuel juga mengkhawatirkan penerapan intermittent fasting dengan jendela puasa yang berkepanjangan. Menurut Dr Samuel, jendela puasa yang ideal dalam penerapan intermittent fasting adalah seperti pada puasa yang dilakukan umat Muslim selama Ramadhan, yaitu sekitar 14 jam.

"Yang paling ideal adalah seperti orang Muslim pada saat bulan Ramadhan, 14 jam dia tidak makan, tapi setelah itu makan, makan sahur dan makan berbuka," tukas Dr Samuel.

Selain memperhatikan jendela makan dan jendela puasa, orang-orang yang menerapkan intermittent fasting juga harus memperhatikan komposisi makanan yang dikonsumsi. Makanan yang mereka konsumsi harus seimbang dan mencakup semua kebutuhan zat gizi, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat.

"Intermittent fasting yang berbahaya yang puasanya terlalu berkepanjangan, (berat badan) bisa turun, tapi begitu dia makan seperti biasa lagi, berat badan bisa naik lagi, jadi hati-hati," tukas Dr Samuel.

Dr Samuel juga mengimbau agar masyarakat tidak mencoba-coba diet ekstrim sendiri, tanpa ada indikasi dan pengawasan dokter. Penerapan diet ekstrim yang tak dikontrol dapat memicu berbagai masalah kesehatan di kemudian hari.

Salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi akibat diet ekstrim yang dilakukan sembarangan adalah pembentukan batu empedu. Masalah lain yang juga kerap terjadi adalah peningkatan asam urat, gangguan fungsi liver, mudah merasa kedinginan, rambut rontok, sembelit, hingga massa otot menurun

Akan lebih baik bila masyarakat berkonsultasi dahulu dengan dokter yang berkompeten, seperti dokter spesialis gizi klinik, sebelum menerapkan diet. Dr Samuel mengatakan masyarakat bisa mengikuti akun Instagram @pdgki.jaya bila memiliki pertanyaan seputar diet.

"Saya dan teman-teman akan menjawab itu semua," timpal Dr Samuel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement