Jumat 29 Jan 2021 08:30 WIB

Kopi Sumatra Utara Bergulat di Tengah Pandemi

Penjualan kopi Sumatra Utara bergulat untuk tetap harum di tengah pandemi.

Biji kopi Sipirok dan biji kopi luwak Sipirok yang berada di etalase Sipirok Coffee

Target Pemerintah

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut sebenarnya tengah menargetkan menjadi produsen terbesar biji kopi di Indonesia. Potensi yang dimiliki daerah tersebut dinilai mumpuni.

"Sumut bercita-cita jadi produsen terbesar keempat dari seluruh Indonesia. Tahun 2022 diharapkan bisa menjadi ke dua, bahkan menjadi produsen pertama untuk pemasok kopi," kata Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah.

Menurutnya Sumut punya delapan wilayah penghasil kopi menjanjikan. Mereka adalah Tapanuli Selatan (Tapsel), Mandailingnatal (Madina), Simalungun, Dairi, Karo, Toba Samosir (Tobasa), Tapanuli Utara (Taput), dan Humbanghasundutan (Humbahas).

Berdasarkan data BPS 2018, produksi kopi asal Sumut 72.379 ton. Terdiri atas arabika 63.425 ton dan robusta 8.954 ton. Luas areal tanaman kopi arabika 71.955 hektare. Sedangkan robusta, 19.416 hektare.

Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas kopi rakyat dengan melakukan sosialisasi dan memberi bibit unggul kopi ke petani. Bibit kopi yang diberikan arabika. Sebab, bila hasil produksinya berkualitas, harga jualnya di pasaran juga bagus.

"Sumut sendiri saat ini produksi kopinya lebih banyak jenis arabika, setelah secara bertahap petani mengganti dari tanaman robusta ke arabika," terang Musa Rajekshah.

Virus corona yang diduga berasal dari Wuhan, Cina pada 2019 menyebar dengan cepat ke berbagai negara. Ia memporak-porandakan perekonomian dunia serta memicu krisis baru.

Seperti usaha lain, pedagang retail kopi akhirnya dituntut memutar otak agar jangan sampai gulung tikar. Inovasi menjadi salah satu kunci bertahan di tengah pergulatan bisnis pengolahan kopi nasional akibat permintaan domestik maupun luar negeri menurun. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement