Dalam proses penelitiannya, tim tersebut menggunakan tiga model otak yang berbeda organoid otak manusia, tikus rekayasa genetika, dan otopsi orang dengan Covid-19 yang telah meninggal.
Dijelaskan, studi ini pertama-tama meneliti potensi SARS-CoV-2 untuk menginfeksi otak menggunakan organoid otak manusia - model 3D yang diproduksi di laboratorium dari sel induk individu yang sehat.
Para ilmuwan, juga menggunakan model organoid otak untuk menganalisis pertanyaan serupa tentang infeksi saraf selama epidemi virus Zika 2015-2016. Dalam penelitian ini, organoid diketahui menumpuk sel SARS-CoV-2-positif dalam wilayah otak tertentu. Hal itu, memberikan bukti bahwa virus dapat menginfeksi neuron dan menggandakan dirinya sendiri. Area di dekat sel yang terinfeksi ini juga menandakan peningkatan tingkat kematian sel.
Namun, di akhir diketahui, jika sebagian besar sel mati tersebut, belum terinfeksi. Sel tetap rentan terhadap infeksi atau kematian sel, tetapi jarang terhadap keduanya.