Jumat 30 Oct 2020 21:42 WIB

8 Mitos Seputar Suplemen Kesehatan

Beragam mitos seputar suplemen kesehatan masih beredar di masyarakat.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Suplemen (Ilustrasi). Tubuh memerlukan suplemen untuk memperkuat daya tahan terhadap penyakit.
Foto: PxHere
Suplemen (Ilustrasi). Tubuh memerlukan suplemen untuk memperkuat daya tahan terhadap penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah popularitas yang tinggi, ada beragam mitos seputar suplemen kesehatan yang cukup banyak diyakini masyarakat. Mitos-mitos ini dapat memberikan pemahaman yang keliru seputar konsumsi suplemen.

Orang dewasa yang sehat dan menerapkan pola makan seimbang biasanya tidak memerlukan suplemen tambahan. Namun, bila merasa perlu mendapatkan asupan vitamin atau mineral dari suplemen tambahan, ada beberapa mitos yang perlu diwaspadai. Berikut ini adalah kedelapan mitos tersebut, seperti dilansir Medical News Today.

Baca Juga

Mitos: Semakin Banyak Semakin Baik

Dalam hal konsumsi vitamin, sebagian masyarakat masih meyakini bahwa semakin banyak vitamin yang dikonsumsi akan semakin baik. Faktanya, kelebihan asupan vitamin terkadang bisa berbahaya.

Sebagai contoh, terlalu banyak asupan vitamin C dapat menganggu proses penyerapan zat tembaga yang dibutuhkan tubuh. Terlalu banyak asupan fosfor dapat menghambat proses penyerapan kalsium.

"Tubuh tidak bisa membuang kelebihan vitamin A, D, dan K dalam dosis besar, dan vitaminini dapat mencapai tingkat yang toksik bila terlalu banyak dikonsumsi," ungkap American Cancer Society.

photo
Mitos dan fakta seputar suplemen. - (Republika)

Mitos: Label "Alami" Pasti Aman

Label "alami" pada dasarnya tidak berarti dalam hal keamanan dan efektivitas dari sebuah suplemen. Sebagai contoh, sianida merupakan senyawa alami akan tetapi senyawa alami ini dapat membahayakan.

Beberapa timbuhan memang memiliki sifat yang bermanfaat dalam pengobatan. Namun hal ini tidak sesederhana yang dipikirkan masyarakat awam. Sebagai contoh, akar dandelion bersifat laksatif, akan tetapi daun-daunnya bersifat diuretik.

Mitos: Aman Mengonsumsi Suplemen Bersamaan dengan Obat

Label "alami" pada produk suplemen kerap membuat orang meyakini bahwa produk tersebut tak akan berinteraksi dengan obat dari dokter. Faktanya, banyak produk suplemen yang mengandung bahan aktif. Bahan-bahan aktif ini dapat mengganggu kinerja obat.

Studi pada 2012 menunjukkan bahwa ada setidaknya 1.491 interkasi antara obat hebral dan suplemen dengan obat-obatan medis. Supelemen yang mengandung magnesium, zat besi, kalsium, dan ginko tercatat memiliki angka interaksi paling besar dengan obat resep dokter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement