Ahad 25 Oct 2020 06:05 WIB

Ketahui Jumlah Asupan Protein Berdasarkan Usia

Kebutuhan asupan protein harian berfluktuasi bergantung pada usia.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nora Azizah
Kebutuhan asupan protein harian berfluktuasi bergantung pada usia (Foto: ilustrasi daging ayam sumber protein)
Foto: Pickpik
Kebutuhan asupan protein harian berfluktuasi bergantung pada usia (Foto: ilustrasi daging ayam sumber protein)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebutuhan asupan protein harian berfluktuasi bergantung pada usia. Seperti diungkapkan oleh praktisi kedokteran atau dokter fungsional Frank Lipman, M.D., yang juga penulis The New Rules of Aging Well, bahwa seiring bertambahnya usia, tubuh berubah dari 'mode produksi' ke 'mode pemeliharaan' jika menyangkut protein.

Di episode podcast mindbodygreen, Lipman menjelaskan bahwa protein mempengaruhi tubuh secara berbeda seiring bertambahnya usia. Lipman kemudian menjelaskan protein selama beberapa dekade, serta makanan kaya protein mana yang terbaik untuk berbagai usia.

Baca Juga

Berikut kebutuhan asupan protein berdasarkan usia, seperti dilansir di laman mindbodygreen, Sabtu (24/10):

Usia 20-30 tahun

Pada usia ini tubuh umumnya ingin menjadi kuat. Karena itu, menurut Lipman, mengonsumsi banyak protein hewani yang baik untuk pertumbuhan dan reproduksi pada usia ini masih memungkinkan.

Usia 40-50 tahun

Di usia ini pergeseran mulai muncul. Lipman mengatakan, begitu mencapai usia 45, tubuh tidak perlu tumbuh lagi. Sementara itu, terlalu banyak mengonsumsi protein hewani akan 'diawetkan' di dalam tubuh. Pasalnya, protein hewani memiliki sejenis asam amino rantai cabang, yang disebut timin, yang sebenarnya merangsang mTOR (target mekanistik rapamycin). Gen ini mencegah autophagy, yang merupakan proses penting untuk umur panjang.

photo
(Foto: ilustrasi daging ayam sumber protein) - (Flickr)

Karena itu, tentunya kita tidak ingin merangsang mTOR jika ingin menua dengan baik. Untuk membatasi gen tersebut, Lipman menyarankan agar mengurangi sedikit protein hewani. Namun demikian, tidak harus benar-benar berhenti makan protein hewani, cukup tukar dengan lebih banyak sumber protein nabati di piring Anda.

"Ini adalah ide yang baik seiring bertambahnya usia untuk beralih dari protein hewani ke nabati. Protein nabati tidak memiliki efek negatif pada penuaan daripada protein hewani," kata Lipman.

Usia 60 tahun dan di atasnya

Lipman menyarankan untuk mengurangi protein hewani begitu mencapai usia 45. Namun, ia menjelaskan bahwa usia 60an dan seterusnya adalah tahun-tahun untuk fokus pada massa otot. Agar tidak kehilangan massa otot, protein perlu ditingkatkan.

Namun demikian, bukan berarti kita harus kembali memprioritaskan protein hewani dalam makanan yang kita konsumsi. Dalam hal ini, Lipman menekankan pada sumber nabati untuk meningkatkan protein tersebut. Kita bisa menggunakan protein nabati dan kacang-kacangan. Pastikan kita memiliki porsi protein yang cukup setiap kali makan guna menjaga otot agar tetap kuat.

Dalam hal ini, Lipman merekomendasikan sumber protein dari jenis kacang-kacangan dan bijinya. Fitokimia dari sumber nabati ini dipercaya kaya akan manfaat.

Kendati begitu, tidak berarti Anda tidak bisa memakan protein hewani sama sekali. Terkait protein hewani ini, Lipman menjelaskan bahwa kolagen adalah satu-satunya protein hewani yang tidak memiliki asam amino timin. Jadi, jika Anda khawatir tentang protein hewani, kolagen adalah sumber protein hebat yang tidak memiliki efek negatif pada gen umur panjang. Kolagen ini bisa didapat dari kaldu tulang atau suplemen kolagen.

Namun demikian, setiap orang memiliki kebutuhan protein yang berbeda, dan nilainya tentunya juga berbeda-beda. Karena itu, Lipman mengatakan bahwa tubuh seseorang mungkin membutuhkan lebih sedikit dari jumlah protein seiring berjalannya waktu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement