Selasa 06 Oct 2020 21:58 WIB

Hal yang Buat Diana Rikasari Geluti Upcycling

Diana Rikasari kian fokus geluti 'upcycling' setelah tahu dampak dari 'fast fashion'.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Diana Rikasari kian fokus geluti 'upcycling' setelah tahu dampak dari 'fast fashion' (Foto: desainer Diana Rikasari)
Foto: Instagram @dianarikasari
Diana Rikasari kian fokus geluti 'upcycling' setelah tahu dampak dari 'fast fashion' (Foto: desainer Diana Rikasari)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diana Rikasari menjadi salah satu desainer Indonesia yang fokus pada fashion berkelanjutan dengan melakukan upcycling pakaian. Namun ternyata sebelum menggeluti fashion berkelanjutan, perempuan yang kini tinggal di Swiss itu pernah bercita-cita membangun brand fast fashion sendiri.

“Pas pindah ke Swiss aku ada kepikiran untuk punya clothing sendiri, tapi setelah tahu dampak dari fast fashion itu seperti apa, aku jadi ngeri sendiri,” kata Diana dalam talkshow Pekan Selaras (Bertumbuh) Bersama, Senin (5/10).

Baca Juga

Fokus pada fashion berkelanjutan, Diana mengaku tidak lagi memikirkan volume baju seperti industri fast fashion pada umumnya. Diana mengaku beruntung bisa sekolah dan merintis karirnya di Swiss, yang mana masyarakatnya telah membudayakan eco living dan fashion berkelanjutan. Lingkungan yang mendukung itulah yang kemudian mendorong Diana untuk fokus melakukan upcycling.

“Apalagi pas pandemi ya, kan itu ketersediaan stok kain terhambat, benang juga di rumah tinggal warna putih, jadi kreativitas aku diuji lah. Akhirnya aku manfaatin barang yang ada seperti baju, sprei, kaus kaki untuk diupcycling,” kata Diana.

Menurut Diana, satu kunci penting dari upcycling adalah kreativitas. Pikirkan material apa saja yang sudah tidak terpakai, setelah terkumpul mulailah mendesain, kemudian lakukan eksekusi.

“Jadi upcycling itu ya bener-bener nuntut kreativitas kita,” kata dia.

Menjadi pejuang fashion berkelanjutan juga membuat Diana lebih selektif dalam membeli pakaian baru. Bukan hanya desain pakaian, namun ia juga memikirkan kain apa yang digunakan, material bahannya ramah lingkungan tidak, dan lain-lain.

“Kalau bisa kita juga pikirin apakah model baju itu long last nggak, kalau misal yang musiman kan daya pakainya Cuma sebentar. Dengan cara seperti ini, kita bisa menekan limbah fashion juga kan,” jelas Diana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement