Selasa 29 Sep 2020 17:15 WIB

Studi: Mereka yang Narsisme Cenderung Aktif di Dunia Politik

Studi ini diambil dari meta analisis ciri-ciri kepribadian pemilih di Denmark dan AS.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Seseorang yang narsisme ternyata lebih cenderung terlibat dalam politik (Foto: ilustrasi narsisme)
Foto: ryanreed.me
Seseorang yang narsisme ternyata lebih cenderung terlibat dalam politik (Foto: ilustrasi narsisme)

REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA -- Seseorang yang narsisme ternyata lebih cenderung terlibat dalam politik. Temuan yang agak mengejutkan ini muncul dari meta-analisis data terbaru tentang ciri-ciri kepribadian pemilih Denmark dan Amerika. 

Peserta yang mendapat skor lebih tinggi untuk narsisme tidak hanya lebih bersemangat untuk memilih, tetapi juga lebih mungkin memberikan sumbangan dan menandatangani petisi. Analisa baru yang diterbitkan dalam “Journal of Personality and Social Psychology” mengumpulkan data dari tiga survei, dua dilakukan di Amerika Serikat yang melibatkan 2.280 dan 2.450 peserta, satu survei lagi di Denmark dengan melibatkan 500 sukarelawan.

Baca Juga

Dalam ketiga survei ini, para peserta ditanyai tentang riwayat pemungutan suara dan aktivitas politik mereka, terutama yang berkaitan dengan partisipasi mereka dalam demonstrasi, diskusi, kontak dengan politisi, sumbangan keuangan dan lainnya.

Didefinisikan berdasarkan sejumlah karakter seperti keegoisan, hak dan kebutuhan untuk dikagumi, narsisme diukur dengan bantuan kuesioner di mana peserta harus memilih opsi yang paling tepat menggambarkan kepribadian mereka dalam pasangan kalimat.

Misalnya, mereka harus memilih antara "Saya harus selalu dihormati " atau "Saya hanya pantas dihormati untuk beberapa hal”. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa narsisme dikaitkan dengan lebih banyak partisipasi dalam kegiatan politik akar rumput, seperti menghubungi perwakilan partai. Orang-orang yang paling narsis juga lebih cenderung memilih dalam pemilihan paruh waktu di Amerika Serikat.

“Gambaran umumnya adalah bahwa individu yang percaya pada diri mereka sendiri, dan percaya bahwa mereka lebih baik dari yang lain, lebih sering terlibat dalam proses politik,” kata Profesor Ilmu Politik di Penn State University AS dan salah satu penulis studi, Peter Hatemi, seperti dikutip dari Malay Mail pada Selasa (29/9).

Menurut peneliti, menemukan cara untuk meningkatkan keterlibatan politik pemilih yang lebih beragam sambil mengurangi representasi berlebihan dari orang yang narsis dapat membantu melindungi masa depan demokrasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement