Ahad 09 Aug 2020 06:01 WIB

Dunia Fandom, Benarkah Penggemar K-Pop Berperilaku Buruk?

Tidak semua penggemar K-pop berperilaku buruk.

Dunia Fandom, Benarkah Penggemar K-Pop Berperilaku Buruk?. Grup musik asal Korea BTS.
Foto:

Pada 2019, empat penggemar grup idola K-pop Wanna One memaksa ratusan penumpang dalam penerbangan menuju Seoul di Bandara Internasional Hong Kong turun sesaat sebelum lepas landas dan menjalani pemeriksaan keamanan lainnya.

Mereka memesan kursi di pesawat hanya untuk melihat lebih dekat personel Wanna One dan setelah melihat sang idola, mereka meminta pengembalian uang dan berusaha turun dari pesawat. Kritikus Jung Yeon-kyung mengatakan ada kasus lain perilaku berlebihan seperti ini. Ketika seorang penyanyi memicu kontroversi, beberapa penggemar secara membabi buta membela bintang mereka karena kasih sayang.

"Untuk non-fan, ini sulit dipahami," kata dia.

Tidak semua penggemar K-pop berperilaku buruk. Orang-orang seharusnya menahan diri menyimpulkan semua penyuka musik K-pop berperilaku buruk.

Kritikus musik yang berbasis di Seattle, Kim Young-dae, menambahkan istilah Bbasooni pada dasarnya adalah misoginis. "Ketika seorang pria mencurahkan uangnya untuk mobil atau barang mahal lainnya, dia biasanya bebas dari kritik. Tapi ketika berbicara tentang penggemar K-pop wanita, banyak orang mengira mereka mencari bintang tampan," ujar dia.

Faktanya, episode penggemar obsesif seringkali lebih disorot daripada mereka yang tidak, misalnya hanya menikmati karya musik atau film, drama sang idola, atau sesekali datang ke acara yang diadakan idola. Sebagian penggemar K-pop bahkan melakukan banyak hal baik, misalnya membawa artis favorit mereka ke audiens yang lebih besar atau bahkan mendonasikan sesuatu untuk orang yang membutuhkan dan menyebutkan nama idola mereka.

photo
Boyband EXO - (EPA)

"Mereka menyumbang untuk kegiatan amal dan menghabiskan banyak waktu mempelajari tentang negara, budaya, dan bahasa baru. Saat dunia belajar tentang sisi fandom ini, saya pikir itu benar-benar meningkatkan citra penggemar," ujar Saeji.

Penggemar global grup idola K-pop Bangtan Sonyeondan (BTS), yakni ARMY pernah menyumbangkan 1,2 miliar won atau sekitar Rp 14 miliar pada Juni lalu untuk mendukung gerakan Black Lives Matter (BLM) dan memerangi ketidaksetaraan rasial. Fandom grup idola K-pop EXO, yakni EXO-L menyumbangkan lebih dari 12 juta won atau setara Rp 147 juta pada Maret untuk membantu memerangi Covid-19.

"Sangat penting bagi beberapa pengikut K-pop yang obsesif untuk mengembangkan sikap yang lebih rasional dan kritis, tetapi publik juga harus dapat menghormati selera para penggemar," kata Young-dae.

Kritikus Park Soo-jin mengatakan, penggemar K-pop tidak harus berusaha mengubah persepsi publik tentang mereka. Mereka hanya harus memastikan tetap berpegang pada moral saat menikmati kegiatan penggemar mereka.

"Publiklah yang harus menyadari pengaruh positif dari fandom dan mencoba membuang prasangka buruk terhadap penggemar, " ujar dia.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement