Rabu 15 Jul 2020 06:50 WIB

Butuh Imunisasi Berkala untuk Cegah Difteri

Tiga kasus difteri tengah dirawat di RSCM, penderita diketahui melewatkan imunisasi.

Petugas mempersiapkan vaksin Pentabio untuk pencegahan penyakit difteri saat imunisasi di Puskemas Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/12/2020).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas mempersiapkan vaksin Pentabio untuk pencegahan penyakit difteri saat imunisasi di Puskemas Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/12/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli infeksi dan penyakit tropis pada anak dr Anggraini Alam mengatakan, imunisasi lengkap merupakan pencegah utama agar anak-anak tidak terjangkit difteri. Imunisasi akan memberikan perlindungan kekebalan tubuh secara terus-menerus dan tahan lama hingga dewasa.

"Imunisasi difteri itu agar perlindungan terus menerus hingga dewasa yang kemudian diulang lagi setiap 10 tahun," kata dia dalam diskusi virtual Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan tema "Waspada Difteri pada Anak dengan Nyeri Menelan" yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Anggraini menjelaskan, imunisasi difteri pada prinsipnya tidak dilakukan hanya satu kali saja, melainkan berkali-kali sebab menyesuaikan dengan antibodi yang telah tersedia dalam tubuh anak. Apalagi, diketahui bahwa difteri tidak kuat dengan satu kekebalan sama sekali, tidak ada kebal terhadap bakteri penyebab difteri meskipun pernah terjangkit pada usia tertentu.

“Biasanya imunisasi memberikan kekebalan dari luar yang secara umum akan tinggi apabila terinfeksi, namun difteri ini aneh dimana tidak kuat satu kekebalan sama sekali,” katanya.

Itu sebabnya, imunisasi difteri dilakukan berkali-kali di antaranya saat usia dua bulan sesuai dengan program pemerintah di mana itu baru semacam perkenalan pada tubuh anak. Setelah itu, vaksinasi dilanjutkan dengan tahap kedua di mana antibodi yang keluar baru sedikit dan tahap ketiga baru membuat antibodi mulai naik.

Selanjutnya, disebabkan masih ada antibodi dari ibu yang mengakibatkan antibodi tidak naik sesuai harapan atau bahkan cepat merosot, maka dilakukan imunisasi kembali saat usia 18 bulan. Berdasarkan penelitian, menurut Anggraini, setelah 18 bulan antibodi akan kembali turun sehingga dilakukan pula imunisasi saat anak kelas satu dan kelas dua sekolah dasar.

Kemudian, saat kelas enam dilakukan lagi dengan harapan imunisasi saat itu cukup untuk 10 hingga 20 tahun yang akan datang untuk selanjutnya diimunisasi kembali saat usia dewasa.

“Jadi proses itu yang dinamakan imunisasi rutin lengkap dan sudah melalui berbagai penelitian,” ujarnya.

Anggraini mengingatkan, imunisasi tersebut sangat penting mengingat saat ini terdapat tiga kasus anak terjangkit difteri di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Ketiganya diketahui melewatkan imunisasi lengkap difteri.

“Setelah ditanyakan lebih lanjut ternyata imunisasinya terlewat sehingga penting saat ini bagi kita untuk menggalakkan kembali pentingnya imunisasi difteri pada anak,” ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement