Selasa 14 Jul 2020 15:03 WIB

IDAI Sesalkan Ada Anak Kena Difteri Saat Pandemi Covid-19

Seharusnya anak-anak lebih terlindungi dari difteri karena lebih banyak di rumah.

Siswa mengikuti pelajaran dengan mengenakan masker di SMAN 7, Malang, Jawa Timur, Rabu (23/10/2019). Beberapa sekolah di Malang saat itu diliburkan setelah ditemukannya ratusan siswa dan guru positif terjangkit atau menjadi pembawa bakteri difteri.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Siswa mengikuti pelajaran dengan mengenakan masker di SMAN 7, Malang, Jawa Timur, Rabu (23/10/2019). Beberapa sekolah di Malang saat itu diliburkan setelah ditemukannya ratusan siswa dan guru positif terjangkit atau menjadi pembawa bakteri difteri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyesalkan adanya temuan kasus difteri semasa pandemi Covid-19. IDAI menyebut, seharusnya anak-anak tidak terjangkit difteri apabila protokol dan perlindungan kesehatan diterapkan dengan baik dan benar.

"Pada saat Covid-19 kami menemukan pasien difteri lagi," kata ahli infeksi dan penyakit tropis pada anak dr Anggraini Alam saat diskusi virtual tentang waspada difteri pada anak dengan nyeri menelan yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Anggraini mengatakan, pada masa pandemi Covid-19 seharusnya anak-anak lebih terlindungi karena lebih banyak berada di dalam rumah, menggunakan masker, serta rajin mencuci tangan dengan sabun. Namun, beberapa waktu lalu, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta kembali menemukan tiga pasien difteri.

Kasus difteri yang cukup mengejutkan di Indonesia pernah terjadi pada Desember 2017 dengan jumlah pasien sekitar 600 anak dan dewasa. Sebanyak 38 orang di antaranya meninggal dunia.

Padahal, menurut Anggraini, outbreak response immunization (ORI) sudah berjalan sejak 2017. Sementara itu, penggunaan masker di tengah masyarakat juga sudah cukup baik terutama saat pandemi Covid-19, namun faktanya difteri masih ditemukan di Ibu Kota.

Oleh karena itu, Anggraini mengingatkan setiap orang tua agar memperhatikan kondisi anaknya, terutama apabila ada mengeluhkan atau merasakan gejala nyeri menelan di tenggorokan. Ia mengatakan, bisa itu gejala difteri.

Secara umum, Anggraini menjelaskan difteri merupakan salah satu penyakit lama yang hingga kini masih ditemukan. Penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan imunisasi tersebut disebabkan oleh bakteri yang masuk ke tubuh, terutama saluran napas bagian atas.

Seseorang yang terinfeksi difteri maka dua hingga lima hari ke depan akan muncul gejala di antaranya sakit badan, demam dengan suhu di bawah 39 derajat Celsius, merasakan sakit apabila menelan, dan suara serak. Hal itu terjadi akibat saluran napas bagian atas membuat selaput yang menutup napas sehingga bisa menimbulkan kematian.

"Jadi difteri ini adalah infeksi yang bisa menimbulkan kematian karena tertutupnya saluran napas akibat selaput tadi," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement