REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demi menurunkan berat badan, biasanya seseorang mencoba berbagai jenis diet. Salah satunya adalah dengan melewatkan sarapan atau mengganti sarapan dengan minuman nutrisi.
Benarkah melewatkan sarapan ampuh menurunkan berat badan? Peraih gelar Master of Science in Nutrition and Health dari Wageningen University, Belanda, Ardy Brian Lizuardi, mengatakan bahwa melewatkan sarapan tidak membantu menurunkan berat badan.
Bahkan, ada studi yang menunjukkan bahwa orang-orang yang melewatkan sarapan justru cenderung mengalami peningkatan berat badan. Mengapa begitu?
“Badan manusia di desain sedemikian rupa, sehingga tidak bisa kehilangan kalori hanya lewat makan pagi,” jelasnya dalam NutriClass, Health and Nutrition Webinar Series for Media, bertema "Myths and Facts About Nutrition" yang diselenggarakan Nutrifood, disimak di Jakarta, Selasa (30/6).
Ardy mengungkapkan, badan manusia mempunyai sistem keseimbangan tubuh (homeostatis) dan sistem membalas dendam (compensatory). Jadi, kalau dibuat lapar, badan cenderung memberikan rasa lapar yang lebih tinggi.
Jika rasa lapar lebih tinggi dan bertemu sesi makan berikutnya, orang cenderung makan lebih banyak. Alhasil, kebiasaan ini justru berisiko membuat berat badan bertambah.
"Kalau pagi tidak sarapan, siang hari baru makan, otomatis kita memilih makanan yang lebih tinggi kalori, lebih banyak porsinya, sehingga saat dibandingkan di akhir studi, orang yang makan tiga kali sehari ternyata kalorinya lebih kecil dibanding orang yang hanya makan siang dan makan malam saja,” ujarnya.
Ardy mengingatkan untuk memilih makanan yang sehat. Sarapan harus mengandung karbohidrat kompleks dan serat.
Dengan dua kombinasi itu, karbohidratnya tidak terlalu cepat dicerna tubuh dan bisa menghasilkan efek kesehatan yang lebih baik. Serat mampu memperlancar buang air besar (BAB) dan membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Selain itu, dalam menu sarapan juga sebaiknya ditambahkan protein, supaya badan kita tidak kehilangan massa otot. Kalau kita telalu banyak rebahan, justru menurunkan massa otot dan berbahaya, karena meningkatkan risiko diabetes dan obesitas.
“Sebaiknya pilihan sarapan tinggi serat dan selasu disediakan protein,” jelasnya.