REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penyanyi Christina Aguilera kini sudah menjadi bintang pop internasional, namun ada masa ketika dia masih membangun citra di bidang musik. Aguilera mengenang momen di awal karier itu yang berhubungan dengan ciri khas identitasnya.
Pada sesi wawancara dengan Billboard, Aguilera mengatakan tim profesional di balik ketenarannya sempat ingin mengubah nama belakangnya. Nama 'Aguilera' dikhawatirkan terdengar terlalu etnik dan tidak mendukung karier sang musisi.
"Saya ingat ketika saya pertama kali muncul, ada perdebatan sengit mengenai haruskah saya mengubah nama belakang karena para pebisnis di sekeliling saya berpikir nama itu terlalu panjang, sulit, dan etnik," ungkap perempuan 39 tahun tersebut.
Para pria itu mempertimbangkan opsi "Christina Agee", tapi urung karena dianggap kurang menjual. Aguilera pun menentang gagasan mereka. Dia ingin memakai nama sebenarnya, yang merupakan identitas sebagai warga keturunan Amerika Latin.
Itu bukan pertama kalinya Aguilera didesak mengubah nama belakang. Semasa kecil, dia juga pernah mengalami hal serupa, diminta mengubah nama belakang secara resmi. Alasannya adalah supaya sama dengan nama ayah tiri yang mengadopsinya.
"Saya juga menentangnya. Saya memperjuangkan nama belakang saya sepanjang hidup. Menjadi Latina, itu adalah bagian dari warisan yang saya dapat dan siapa saya sebenarnya," ujar pelantun lagu "Reflection" untuk film Mulan itu.
Kebanggaan Aguilera terhadap garis keturunannya dia tuangkan dalam karya. Aguilera sudah memiliki album berbahasa Spanyol bertajuk Mi Reflejo yang memuat versi Spanyol dari lagu hit "Genie in a Bottle" dan "Come On Over (All I Want Is You)".
"Saya bebas menciptakan dan mengekspresikan improvisasi dan gaya vokal yang tidak bisa dilakukan pada lagu orisinal. Kalau mau jujur, semua terdengar lebih baik dalam bahasa Spanyol," kata Aguilera, dikutip dari laman USA Today, Ahad (28/6).