REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Kritik terhadap akademi film semakin intensif, terutama pada 2015 dengan melambungnya tagar #OscarsSoWhite. Tagar itu sebagai protes terhadap para aktor dan aktris serta kru film yang semuanya berkulit putih.
Akademi merespons sebagian dengan melipatgandakan jumlah perempuan dan keberagaman ras dan warna kulit pada peringkat undangannya. Namun, pada 2019 hanya 32 persen dari sekitar 8.000 anggota akademi adalah wanita.
Sementara, 16 persen adalah orang kulit berwarna. Jumlah dan profil anggota baru akan diumumkan bulan depan.
"Kami tahu ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan peluang yang adil di seluruh papan. Kebutuhan untuk mengatasi masalah ini sangat mendesak,” kata Kepala Eksekutif Akademi Dawn Hudson.
Hal ini juga memicu Oscar mengubah persyaratan film. Beberapa waktu lalu, Oscar mengumumkan akan membentuk kelompok untuk mengembangkan pedoman keberagaman dan inklusi, sebagai syarat tambahan untuk mendapatkan Oscar.
Dilansir di laman Reuters, Selasa (16/6), Academy of Motion Picture Arts and Science, mengatakan langkah itu dan lainnya sebagai fase baru dari upaya selama lima tahun untuk mempromosikan keberagaman. Sebelumnya, organisasi ini menerima kritikan karena baru menghormati sedikit film dan sineas dengan orang berkulit warna.
Menurut pernyataan kelompok itu, mereka akan bekerja dengan asosiasi produser televisi dan produser film di Amerika, yaitu Producers Guild of America. Menurut mereka, hal itu akan mendorong praktik perekrutan yang adil di dalam dan di luar layar. Aturan itu pun dinyatakan tidak akan berlaku untuk film yang akan berkompetisi memperebutkan Oscar pada upacara 2021 mendatang.
Hollywood sebelumnya telah memperhitungkan kurangnya keberagaman dan penggambaran rasisme di layar di tengah protes atas kematian George Floyd. Awal pekan ini, layanan streaming HBO Max mengatakan untuk sementara menarik film pemenang Oscar "Gone with the Wind".