REPUBLIKA.CO.ID, Bila tak bisa memasak di rumah, ada baiknya kita memperhatikan beberapa hal saat membeli makanan untuk berbuka. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah aspek kesehatan dan kandungan gizinya.
"Untuk mendapatkan makanan yang sehat maka juga tergantung dari cara memasaknya," kata spesialis gizi klinik dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Dr dr Inge Permadhi MS SpGK(K) saat dihubungi Republika.
Inge menyarankan agar tidak selalu memilih makanan yang digoreng. Hindari pula makanan yang mengandung gula atau garam terlalu banyak. Selain itu, Inge juga menilai makanan yang diberikan pemanis, perisa, pengental, pewarna, penguat rasa, dan pengawet sebaiknya dihindari.
"Jadi, pada dasarnya, yang dipilih adalah makanan-makanan yang alamiah," kata Inge menambahkan.
Selain itu, Inge menyarankan agar makanan berbuka puasa yang dibeli mengandung semua komponen zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Komponen yang dimaksud adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
"Bahan ini didapat dari semua yang telah diberikan oleh Allah, yaitu makanan pokok seperti nasi, umbi-umbian, jagung, dan lain-lain. Lauk hewani, lauk nabati, buah dan sayur," kata Inge.
Selain dari aspek kesehatan dan kandungan gizi, membeli makanan berbuka puasa juga perlu mempertimbangkan aspek kualitas dan kebersihannya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu seperti apa tempat yang menjual makanan tersebut.
"Kita mesti tahu restorannya di mana sih, tahu kualitasnya," kata chef Yuda Bustara.
Makanan yang dibeli sebaiknya makanan yang dijual di tempat-tempat yang menerapkan standar kebersihan yang baik. Selain itu, karena saat ini sedang pandemi Covid-19, ada baiknya untuk membeli makanan dari tempat yang menerapkan praktik pencegahan penularan Covid-19. Misalnya, penjual makanan menggunakan masker dan sarung tangan.
"Itu juga mesti diperhatikan kalau saat pandemi kayak gini," kata Yuda menambahkan.
Terkait jenis makanan, Yuda menilai makanan beku dan makanan kalengan dapat menjadi opsi persediaan makanan untuk sahur atau berbuka puasa selama Ramadhan. Alasannya, makanan beku dan makanan kalengan memiliki masa penyimpanan yang cukup lama dan bisa dikreasikan menjadi beragam masakan.
"Selain itu, dia gampang disimpan," kata Yuda.