REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, Erlina Burhan, mengatakan bahwa penggunaan masker kain bisa menjadi alternatif bagi orang yang sehat sebagai bagian proteksi diri dari ancaman virus. Namun, masyarakat tetap harus menjaga jarak aman sejauh satu hingga dua mater dari orang lain saat berada di tempat ramai.
Sementara itu, berdasarkan analisis Johns Hopkins University, penggunaan masker kain dapat menyaring droplet (percikan liur) ukuran besar, namun tak efektif melindungi tenaga kesehatan. Erlina menjelaskan, masker kain tidak memberikan proteksi terhadap aerosol atau partikel yang airborne karena tingkat perlindungannya dari partikel droplet pengidap Covid-19 ukuran tiga mikron hanya 10 sampai 60 persen.
Dalam paparannya, Erlina mengatakan bahwa menggunakan masker kain lebih baik dibandingkan tidak sama sekali saat tenaga medis menghadapi ketiadaan masker N95 dan masker bedah. Bagi tenaga medis, masker kain atau buatan rumah menjadi pilihan terakhir untuk mencegah penularan virus melalui partikel kecil (droplet), setelah masker N95 dan masker bedah.
"Tetapi idealnya itu pun harus dibarengi penggunaan penutup wajah," ujar Erlina saat konferensi pers Gugus Tugas Percepatan dan Penangan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.
Sementara itu, Antara mengutip penelitian John Hopkins University yang menyebut bahwa masker kain efektif menekan laju penularan virus di sejumlah negara. Adapun negara yang mampu menekan angka penularan dengan menggunakan masker secara luas tergambar di negara Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Hongkong.
Negara lain yang terlambat menerapkan langkah itu grafik penularannya tinggi seperti tercermin di negara China, Italia, Spanyol, Iran, hingga Amerika. Upaya menggunakan masker itu dianggap bijak dan mampu mengurangi potensi penularan dari orang yang terinfeksi, tetapi tidak memiliki gejala apa pun.
Di samping itu, penggunaan masker kain bagi orang sehat juga menjadi upaya mengantisipasi pemborongan masker bedah dan N95 di pasaran.
Bahan ternyaman
Pakar media sosial, Ismail Fahmi, menggulirkan gerakan #100JutaMasker agar masyarakat memproduksi masker kain. Kepada Republika.co.id, pendiri Drone Emprit itu mengatakan, gerakan tersebut lahir karena ia tak ingin tenaga kesehatan kehabisan masker bedah.
"Publik umum non medik? Kita cari cara lain. Kita bantu mereka dengan tidak menggunakan masker yang mereka butuhkan," ujar Ismail melalui akun Twitter @ismailfahmi pada 21 Maret.
Mengutip laman smartairfilters.com, Ismail memperlihatkan aneka jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat sendiri masker kain. Ia juga menunjukkan bahan yang paling nyaman untuk bernapas, yakni bahan t-shirt katun 100 persen dan sarung bantal.
Saya akan rangkum penelitian soal masker ini. Habis itu bagian terakhir, bagaimana kita bisa bikin sendiri.
Saya ambil referensi threat ini dari:https://t.co/gv9z5Tsfef
"What Are The Best Materials for Making DIY Masks?"
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) March 21, 2020
Sementara itu, dikutip dari laman designethno.id/bikinmaskersendiri, Tim Desain Produk Institut Teknologi Bandung merangkum informasi cara membuat masker kain sendiri (DIY) di rumah. Masyarakat bisa memakai kain katun 100 persen, sarung bantal, serbet, atau syal untuk membuatnya tanpa perlu menjahitnya.
Cara 1
Bahan
Sapu tangan katun 40 x 40 cm
Kain sarung bantal
Dua ikat rambut
Langkah:
* Lipat kain menjadi dua, letakkan kain sarung bantal sebagai filter, lalu Lipat kain menjadi tiga. Setelah itu, Masukkan ikat rambut ke dua sisi kain, lipat kedua sisi kain ke tengah, lalu sisipkan.
* Balik kain ke bagian depan, tarik kedua ujungnya, dan masker pun siap digunakan.
Cara 2
Bahan:
Sapu tangan katun 40 x 40 cm
Kain sarung bantal
Empat karet gelang
Langkah:
* Letakkan kain sarung bantal sebagai filter, lipat kain menjadi tiga bagian, lipat ujung kain ke dalam, lipat kembali ke bagian luar hingga menumpuk, masukkan karet ke dua sisi kain dan lipat ke dalam, ikat kedua ujung kain yang sudah terlipat, tarik kedua ujungnya, ke atas dan ke bawah, dan masker pun siap digunakan.