REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengajak masyarakat membuat masker produksi rumahan melalui gerakan #100JutaMasker. Ia memastikan bahwa ada landasan ilmiah yang mendasari gerakan menyuplai masker kain tersebut.
"Sebagai saintis, saya hanya gemes saja kok tidak ada yang menggerakkan dan memberikan dasar pemikiran. Oleh sebab itu, saya berikan data riil, memberikan landasan ilmiah sebagai dasar, supaya publik merasa apa yang dia lakukan adalah jalan yang benar,” ungkap Ismail saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (31/3).
Ismail mengatakan, tak sedikit orang yang menertawakan gerakan itu pada awalnya. Terlebih, masih banyak orang yang tidak percaya diri jika keluar rumah tanpa memakai masker bedah.
Terimakasih Satgas COVID19 @BNPB_Indonesia yg sudah "mempersilahkan" penggunaan masker kain. Sebelumnya banyak yg mentertawakan.
Tapi saya berharap, tolong bikin kampanye #YukSemuaMaskeran, wajibkan semua pakai masker kain, seperti di Cheko. Mereka berhasil lawan Corona. pic.twitter.com/tKnLcefa8E
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) March 30, 2020
Di lain sisi, banyak juga yang mengikut saran WHO bahwa masker hanya perlu dikenakan oleh mereka yang sakit atau merawat orang yang sakit. Ismail pun mencari berbagai penelitian dan membagikannya kepada masyarakat melalui akun Twitter dan Facebook-nya tentang efektivitas masker kain dalam melindungi diri dari droplet penderita infeksi virus corona.
"Ada paper yang menyebutkan, orang yang tidak memakai masker, begitu terkena droplet, virus bisa langsung masuk ke tubuhnya. Kalau dia menggunakan masker kain, peluang virus masuk melalui droplet menjadi 50 persen, sementara 50 persennya tertangkap oleh kain. Itu lebih baik dari pada tidak dilindungi sama sekali,” kata Ismail.
A THREAD
Mengatasi Kelangkaan Masker
Di semua negara, masker langka. Thread ini buat para ibu rumah tangga yang suka njahit, dan para tukang jahit.
"Tukang Jahit Bergerak"
Tentang masker yang bisa dibuat sendiri berdasarkan penelitian dari Cambridge University.
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) March 21, 2020
Menurut Ismail, jika masker kain itu dirangkap dua, maka peluang terlindungi dari droplet penderita Covid-19 menjadi 70 persen. Sementara itu, daya lindung masker bedah bisa sampai 90 persen.
"Ada penelitian dari Hongkong University yang meneliti khusus untuk tisue saja, ada tisu dapur yang lebih tebal sebagai penahannya, kemudian dilipat dan ditali. Di dalamnya ada tisu biasa. Nah mereka teliti, masker ini bisa mencegah droplet virus masuk sampai 90 persen,” jelas dia.
Kita test dengan partikel virus 0.02 micron
Hasilnya, masker bedah bisa nahan 89% partikel virus.
Filter sedot debu 86% (tapi anda ndak bisa nafas).
Lap piring ternyata cukup tinggi, 73%.
Kain bantal 57%.
Tshirt katun 51%.
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) March 21, 2020
Dari penelitian-penelitian ini, dia mengajak masyarakat untuk membuat masker kain yang terdiri atas dua lapis kain. Sebagai perlindungan ekstra, pengguna bisa menyelipkan tisue di dalamnya.
"Pemakaian masker kain berlapis tisu ini bisa mencegah droplet virus lebih dari 70 persen," kata Ismail.
Selain itu, Ismail juga mencontohkan percobaan sederhana yang dibagikan melalui video di akun Twitter-nya. Di video itu, ia membuktikan fungsi masker kain yang berlapis tisu.
Contoh
Model "pocket" yang didalamnya bisa dikasih filter tambahan berupa tissu, bisa dilihat di video ini. Gampang diikuti. https://t.co/V9KZsa6TIS
/13 pic.twitter.com/dwUPozoNSx
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) March 21, 2020
Cara membuktikannya sangat sederhana, yaitu dengan meniup korek api sembari menggunakan masker. Dalam percobaan menggunakan masker bedah, api pada korek tak bisa mati.
Sementara itu, percobaan dengan masker kain yang dilapisi tisu, api juga sulit mati saat Ismail mencoba meniupnya. Bagaimana dengan buff?
"Kemarin ada yang bertanya kepada saya, apakah pelindung mulut seperti buff itu efektif. Lalu setelah dia coba sendiri, ternyata api pada korek cepat mati. Itu menandakan buff sangat tipis dan tidak efektif untuk melindungi diri,” tutur dia.