Selasa 31 Mar 2020 20:39 WIB

Ismail Fahmi Gulirkan Gerakan #100JutaMasker

Gerakan 100JutaMasker bergulir agar masyarakat tak membuat masker medis makin langka.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Gerakan #100JutaMasker yang digulirkan Ismail Fahmi bertujuan agar masker medis yang masih tersisa diprioritaskan untuk petugas kesehatan dan masyarakat umum tetap terlindungi dari kemungkinan tertular Covid-19.
Foto: Twitter
Gerakan #100JutaMasker yang digulirkan Ismail Fahmi bertujuan agar masker medis yang masih tersisa diprioritaskan untuk petugas kesehatan dan masyarakat umum tetap terlindungi dari kemungkinan tertular Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengajak masyarakat membuat masker produksi rumahan melalui gerakan #100JutaMasker. Ia memastikan bahwa ada landasan ilmiah yang mendasari gerakan menyuplai masker kain tersebut.

"Sebagai saintis, saya hanya gemes saja kok tidak ada yang menggerakkan dan memberikan dasar pemikiran. Oleh sebab itu, saya berikan data riil, memberikan landasan ilmiah sebagai dasar, supaya publik merasa apa yang dia lakukan adalah jalan yang benar,” ungkap Ismail saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (31/3).

Baca Juga

Ismail mengatakan, tak sedikit orang yang menertawakan gerakan itu pada awalnya. Terlebih, masih banyak orang yang tidak percaya diri jika keluar rumah tanpa memakai masker bedah.

Di lain sisi, banyak juga yang mengikut saran WHO bahwa masker hanya perlu dikenakan oleh mereka yang sakit atau merawat orang yang sakit. Ismail pun mencari berbagai penelitian dan membagikannya kepada masyarakat melalui akun Twitter dan Facebook-nya tentang efektivitas masker kain dalam melindungi diri dari droplet penderita infeksi virus corona.

"Ada paper yang menyebutkan, orang yang tidak memakai masker, begitu terkena droplet, virus bisa langsung masuk ke tubuhnya. Kalau dia menggunakan masker kain, peluang virus masuk melalui droplet menjadi 50 persen, sementara 50 persennya tertangkap oleh kain. Itu lebih baik dari pada tidak dilindungi sama sekali,” kata Ismail.

Menurut Ismail, jika masker kain itu dirangkap dua, maka peluang terlindungi dari droplet penderita Covid-19 menjadi 70 persen. Sementara itu, daya lindung masker bedah bisa sampai 90 persen.

"Ada penelitian dari Hongkong University yang meneliti khusus untuk tisue saja, ada tisu dapur yang lebih tebal sebagai penahannya, kemudian dilipat dan ditali. Di dalamnya ada tisu biasa. Nah mereka teliti, masker ini bisa mencegah droplet virus masuk sampai 90 persen,” jelas dia.

Dari penelitian-penelitian ini, dia mengajak masyarakat untuk membuat masker kain yang terdiri atas dua lapis kain. Sebagai perlindungan ekstra, pengguna bisa menyelipkan tisue di dalamnya.

"Pemakaian masker kain berlapis tisu ini bisa mencegah droplet virus lebih dari 70 persen," kata Ismail.

Selain itu, Ismail juga mencontohkan percobaan sederhana yang dibagikan melalui video di akun Twitter-nya. Di video itu, ia membuktikan fungsi masker kain yang berlapis tisu.

Cara membuktikannya sangat sederhana, yaitu dengan meniup korek api sembari menggunakan masker. Dalam percobaan menggunakan masker bedah, api pada korek tak bisa mati.

Sementara itu, percobaan dengan masker kain yang dilapisi tisu, api juga sulit mati saat Ismail mencoba meniupnya. Bagaimana dengan buff?

"Kemarin ada yang bertanya kepada saya, apakah pelindung mulut seperti buff itu efektif. Lalu setelah dia coba sendiri, ternyata api pada korek cepat mati. Itu menandakan buff sangat tipis dan tidak efektif untuk melindungi diri,” tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement