REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyarankan masyarakat yang hendak melakukan perjalanan dengan kereta api dan pesawat untuk menggunakan masker agar tak tertular virus corona (Covid-19). Namun, hal ini sebaiknya dilakukan hanya jika melakukan perjalanan jauh dan kondisinya penuh penumpang.
"Pesawat dan kereta api jarak jauh sebenarnya sama. Yang sakit yang diberi masker. Tapi kalau jarak tempuhnya lama dan penuh, silakan (yang sehat juga) memakai masker," kata Sekretaris Satgas Covid-19 PB IDI, dr Dyah Agustina Waluyo kepada Republika.co.id.
Penggunaan masker disarankan lantaran potensi penyebaran corona dalam perjalan jauh semakin meningkat. Terlebih karena masih banyaknya masyarakat yang dalam kondisi sakit tapi tidak menggunakan masker. Padahal, Covid-19 menular melalui percikan cairan (droplet) ketika seseorang bersin dan batuk.
"Sebenarnya tidak (perlu pakai masker), bila semua paham dan sadar bahwa yang sakit demam dan flu untuk pakai masker," ujar Dyah. Oleh karena itu ia juga menyarankan agar ada gerakan pemberian masker gratis kepada mereka yang sakit.
Selain itu, Dyah juga menyarankan agar masyarakat menggunakan masker saat berada di keramaian seperti di stasiun. Namun hanya bila kondisi benar-benar ramai.
"Sebenarnya kalau tidak crowded, tidak padat, ya tidak perlu," katanya.
Lebih lanjut, hal yang terpenting dalam pencegahan penularan ada pada orang yang dalam kondisi sakit. Mereka yang demam dan atau batuk diharapkan tidak melakukan perjalanan jauh terlebih dahulu.
"Hal yang harus ditekankan adalah bila sakit, istirahat di rumah. Hindari keramaian," kata Dyah menegaskan.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, tidak menampik commuter line atau KRL punya potensi penularan penyakit virus corona. Pernyataan Yuri ini menanggapi slide presentasi Pemprov DKI Jakarta yang sempat menunjukkan risiko kontaminasi terjadi di KRL rute Bogor-Depok-Jakarta Kota.
Bahkan tak hanya KRL. Yuri menyebutkan, tempat kerumunan sudah pasti menyumbang potensi penularan Covid-19. Selain commuter line, masih ada busway atau TransJakarta, stasiun, hingga bandara.
"Tidak hanya di commuter, di busway yang berdesakan pada jam-jam tertentu juga bisa. Di tempat yang lain juga bisa," ujar Yuri di Kantor Presiden, Kamis (12/3).