Kamis 05 Mar 2020 04:03 WIB

Penjelasan Ilmiah Bagi Mereka yang Suka Kopi Pahit

Sebagian orang mungkin merasa heran mengapa kopi pahit disukai.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Sebagian orang mungkin merasa heran mengapa kopi pahit disukai (Foto: ilustrasi kopi pahit)
Foto: Piqsels
Sebagian orang mungkin merasa heran mengapa kopi pahit disukai (Foto: ilustrasi kopi pahit)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan juta orang di dunia sering kali memulai pagi mereka dengan menyeruput secangkir kopi. Meski popularitas kopi kian meningkat, sebagian orang mungkin merasa heran bagaimana minuman dengan rasa pahit ini bisa disukai banyak orang. Untuk pertanyaan ini, sains memiliki jawabannya.

Studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti asal Northwestern University mengungkapkan bahwa kecenderungan seseorang untuk menyukai rasa pahit kemungkinan dipengaruhi faktor genetik. Faktor genetik ini menentukan sensitivitas seseorang terhadap rasa pahit.

Baca Juga

"Anda mungkin berpikir bahwa orang-orang yang lebih sensitif terhadap rasa pahit dari kafein akan meminum lebih sedikit kopi," ujar peneliti senior Marilyn Cornelis dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, seperti dilansir the Ladders, Kamis (5/3).

Anggapan tersebut ternyata keliru. Berdasarkan studi, orang-orang yang memiliki sensitivitas lebih besar terhadap rasa pahit justru merupakan orang-orang yang gemar menyeruput kopi pahit.

"Studi menunjukkan pengonsumsi kopi memiliki kemampuan untuk merasakan atau mendeteksi kafein karena penguatan positif (seperti stimulasi) yang diberikan oleh kafein," kata Cornelis menambahkan.

Temuan ini menunjukkan adanya proses evolusi terbalik yang cenderung lucu. Ratusan ribu tahun lalu, tubuh manusia mengembangkan sensitivitas terhadap rasa pahit dalam berbagai tingkatan untuk melindungi diri dari makanan-makanan beracun. Sekarang, sensitivitas yang sama justru mendorong tingginya konsumsi dan keinginan untuk menyeruput kopi.

photo
Kopi Hitam (Ilustrasi)

Tentu sensitivitas terhadap rasa pahit ini tak hanya memengaruhi preferensi seseorang terhadap kopi pahit. Sensitivitas terhadap rasa pahit juga diketahui turut memengaruhi kecenderungan seseorang dalam mengonsumsi kopi dan alkohol.

Sebagai contoh, orang-orang yang gemar menyeruput kopi pahit dalam studi ini juga memiliki kecenderungan untuk menjauhi teh. Namun, studi belum meneliti hubungan keduanya lebih jauh. Cornelis menilai ada kemungkinan peminum kopi enggan meminum teh karena sudah banyak meminum kopi.

Seperti diketahui, ada banyak tipe rasa pahit. Studi yang dilakukan oleh Cornelis dan tim ini juga menunjukkan tak semua orang dengan sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rasa pahit akan menyukai kopi.

Orang-orang yang sensitif terhadap rasa pahit dari quinine dan PROP cenderung menghindari kopi. Selain itu, orang-orang yang sensitif terhadap rasa pahit PROP juga cenderung mengonsumsi lebih sedikit alkohol, khususnya anggur merah.

"Studi ini menunjukkan bahwa persepsi kita terhadap rasa pahit, yang dipengaruhi oleh genetik, berkontribusi terhadap preferensi kita mengenai kopi, teh, dan alkohol," kata Cornelis.

Studi ini melibatkan lebih dari 400 ribu laki-laki dan perempuan dari Inggris. Selama penelitian berlangsung, Cornelis dan tim menggunakan teknik ilmiah kompleks yang dikenal sebagai mendelian randomization.

Temuan ini tak hanya menyoroti preferensi seseorang terhadap minuman tertentu berdasarkan sensitivitas rasa pahit yang dimiliki. Studi dalam jurnal Scientific Reports ini juga menunjukkan lebih jauh mengenai kemampuan tubuh manusia untuk beradaptasi.

"Rasa telah lama diteliti, tetapi kita tidak mengetahui mekanisme penuh mengenai hal itu. Rasa merupakan salah satu indra. Kami ingin memahaminya dari sudut pandang biologis," ungkap Cornelis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement