Kamis 20 Feb 2020 00:58 WIB

Masker Bedah dan N95, Siapa yang Memerlukannya?

Tidak semua orang perlu memakai masker, baik masker bedah ataupun N95.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Masker bedah. Tidak semua orang perlu memakai masker, baik masker bedah ataupun N95.
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Masker bedah. Tidak semua orang perlu memakai masker, baik masker bedah ataupun N95.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukan cuma kekhawatiran akan tertular virus corona tipe baru, covid-19, yang membuat masyarakat memakai masker. Mereka juga banyak yang terbiasa memakainya untuk menghindari asap rokok, asap knalpot, debu, ataupun paparan kuman di udara.

Masker seperti apa yang tepat untuk dikenakan sehari-hari, termasuk saat kekhawatiran akan virus corona merebak? Dokter Rumah Sakit PMI Bogor Nancy Sovira di Bogor, Jawa Barat, mengungkap bahwa masker bedah, seperti yang berwarna hijau yang mudah ditemukan di apotek, sudah cukup untuk memberikan perlindungan.

Baca Juga

Lebih lanjut, dokter spesialis mikrobiologi klinik di RS Universitas Indonesia dr R. Fera Ibrahim SpMK(K) menjelaskan, masker bedah terdiri dari tiga lapisan. Paling luar terbuat dari bahan tahan air untuk mencegah percikan ludah atau droplet masuk ke masker.

Fera mengatakan, lapis tengah masker bedah berfungsi untuk filtrasi yang dapat menahan 90 persen partiker 5 um. Lapisan dalam digunakan untuk absorbsi yang lembap atau basah.

"Selain itu, ada juga masker katun yang efisiensi anti virusnya rendah, tebal, dan pengap," jelas staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Fera menyerukan agar masyarakat memasang masker dengan tepat, sesuai dengan jenis masker. Begitu masker basah atau kotor terkarena percikan cairan tubuh, segeralah menggantinya.

"Ganti masker secara reguler, setiap dua sampai empat jam, karena efek proteksinya terbatas," kata Fera dalam acara seminar "Peningkatan Pemahaman akan Outbreak 2019-nCov: Upaya Peningkatan Kewaspadaan” yang diselenggarakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), di Jakarta, pekan lalu.

Selanjutnya, buang masker atau penutup mulut dan hidung sekali pakai yang telah digunakan. Setelah membuka masker, jangan lupa mencuci tangan.

Perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia, Dr N Paranietharan, menjelaskan bahwa masker harus digunakan, terutama untuk orang yang memiliki gejala masalah pernapasan, seperti batuk dan sulit bernapas. Selain itu, orang yang memberikan perawatan pada orang yang mengalami gejala masalah pernapasan juga harus pakai masker.

Mereka yang bekerja sebagai petugas kesehatan yang merawat atau memasuki kamar pasien dengan gangguan pernapasan juga wajib memakai masker. Paranietharan mengatakan, masker medis tidak digunakan untuk masyarakat umum yang tidak memiliki gejala masalah pernapasan.

Sementara itu, praktisi kesehatan dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH mengingatkan masyarakat untuk memakai masker dengan benar. Pastikan masker menutupi mulut dan lubang hidung serta memastikan kawat di hidung menempel dengan baik.

"Jangan buka-tutup masker dengan memosisikannya di dagu atau leher atau memasangnya dengan longgar," kata Ari melalui rilis yang diterima Republika.co.id, belum lama ini.

Menurut Ari, membuka-tutup masker justru membuat masker menjadi sumber penularan. Sebab, bagian yang sudah terpakai menjadi terlepas dan bagian yang sebagai tempat mencegah masuknya kuman di posisi yang mudah terhirup melalui hidung.

"Saya rasa hal ini harus menjadi perhatian, kalau tidak mau lagi menggunakan masker sebaiknya di lepas dan dibuang," jelasnya.

Selain itu, Ari mengingatkan agar masker N95 digunakan sesuai dengan peruntukannya. Masker ini lebih efektif untuk mencegah tertular virus, tapi penggunaannya lebih tepat di ruang tertutup, tempat orang berada pada keadaan akan kontak dengan individu yang sudah positif terinfeksi virus corona atau tuberkulosis.

photo
Warga mengenakan masker jenis N95.

Selain itu, menurut Ari, masker N95 penggunaannya sebatas untuk jangka waktu yang pendek saja. Orang yang menggunakan masker N95 akan kekurangan oksigen jika mengenakannya terlalu lama.

"Aapalagi orang tersebut sedang berada di bandara dan sedang butuh aktivitas berjalan atau bahkan setengah berlari untuk check in dan boarding dengan lokasi gate agak jauh," kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

 

Salah-salah, mereka yang menggunakan masker N95 ini akan kekurangan oksigen atau hipoksia. Kondisi itu dapat menyebabkan serangan jantung, strok, atau  pingsan apalagi jika orang tersebut sudah mempunyai permasalahan dengan paru.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement