Selasa 04 Feb 2020 16:39 WIB

Perbedaan Budaya Sneakers Jepang-Indonesia

Ada sedikit perbedaan budaya sneakers di Indonesia dengan Jepang.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Sepatu sneakers.
Foto: EPA
Sepatu sneakers.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para pecinta sneakers dan streetwear mengenal Atmos melalui berbagai kolaborasi spektakuler karya Hirofumi Kojima atau yang dikenal dengan nama Koji. Ia merupakan creative director Atmos yang telah berkolaborasi dengan beberapa jenama ternama, seperti Nike, Adidas, Reebok, Puma, dan Asics.

Karya Koji sangat beragam, mulai dari yang terinspirasi dari binatang seperti gajah hingga kartun Doraemon. Koji mengungkapkan, inspirasi desain kolaborasi sneakers yang ia buat kebanyakan berasal dari musik hip hop.

Baca Juga

Menurut Koji, musik tersebut cocok dengan sneakers yang ia buat. Selain itu, cerita dalam sebuah desain merupakan salah satu aspek penting pada setiap sneakers yang dihasilkan.

Koji memulai dengan riset terkait apa yang diketahui dan tidak diketahui mengenai budaya suatu daerah. Selanjutnya, ia berusaha menggabungkannya dengan tren terkini.

“Proses ini yang membuat setiap sneakers yang dihasilkan Atmos memiliki ceritanya sendiri yang menjadi ciri khas Atmos,” ujar Koji saat peluncuran toko Atmos Jakarta di Plaza Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pria asal Jepang ini mengaku sudah dua kali datang ke Indonesia. Sebelum datang ke Indonesia, Koji tidak pernah terpikir budaya sneakers di Jakarta akan sebesar ini.

Menurut Koji, budaya terkait sneakers di Indonesia bisa semakin besar, mungkin seperti di Jepang. Sebab, populasi di Indonesia besar sekali.

photo
Creative director Atmos, Hirofumi Kojima di Atmos Jakarta, Plaza Indonesia, Jakarta.

Koji menyebut, budaya sneakers antara Jepang dan Indonesia sebenarnya hampir mirip. Ada ketertarikan yang sama sehingga membuat Koji cepat akrab dengan kenalannya, teman-teman pecinta sneakers di Indonesia. Meski begitu, ada sedikit perbedaan antara sneakers culture Jepang dengan Indonesia.

“Sebenarnya perbedaannya kalau di Jepang kan orang banyaknya suka Nike. Kalau di Asia Tenggara, seperti misalnya melihat brand Jepang. Masih sama-sama di dalam Asia. Jadi tergantung negaranya. Jadi, misalnya orang Indonesia yang datang ke Jepang, lihat ke Atmos, belinya kolaborasi di Atmos Jepang gitu. Jadi, tergantung dari masing-masing pribadi orang,” kata Koji.

Atmos merupakan ritel streetwear dan sneakers ternama asal Jepang yang berbasis di Tokyo. Atmos didirikan oleh Hidefumi Hommyo pada 2000.

Produk Atmos terdiri dari 80 persen alas kaki, 20 persen busana dan aksesoris. Produk sneakers Atmos merupakan kolaborasi desain dengan jenama ternama seperti Nike, Adidas, Reebok, Asics, Puma, dan lain sebagainya.

Atmos memiliki enam toko di Tokyo dan satu toko di Osaka, serta outlet internasional di New York City, AS dan Seoul, Korea Selatan. Pada 2018, Atmos membuka international flagship store di Bangkok, Thailand. Atmos juga telah membuka tokonya di Plaza Indonesia Jakarta pada tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement