Sabtu 25 Jan 2020 01:44 WIB

Corona Diduga Lebih Berbahaya Dari SARS

Para ahli medis terbagi pilihannya tentang bahaya corona.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Indira Rezkisari
Virus corona jenis baru.
Foto: Republika
Virus corona jenis baru.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Para ahli yang telah mempelajari virus corona memperingatkan bahwa virus jenis baru ini berpotensi memiliki dampak yang lebih besar dari infeksi saluran pernapasan akut yang parah (virus SARS). Diketahui virus SARS telah membunuh 800 orang di seluruh dunia pada tahun 2002-2003.

"Berdasarkan perkiraan, skala infeksi pada akhirnya mungkin 10 kali lebih tinggi daripada virus SARS," kata seorang Profesor Virologi di Universitas Hong Kong, Guan Yi kepada Caixin pada Kamis (23/1), dilansir dari South China Morning Post pada Jumat (24/1).  

Baca Juga

Guan Yi seorang Direktur Utama Laboratorium Negara bidang Penyakit Menular. Guan Yi juga pernah menjadi tim pertama yang mengidentifikasi virus SARS. Baru-baru ini dia mengunjungi Kota Wuhan di Cina untuk menyelidiki wabah virus corona.

"Saya sudah banyak pengalaman dan saya tidak pernah merasa takut karena sebagian besar dari mereka dapat dikendalikan. Tapi kali ini saya takut," kata Guan Yi.  

Sementara itu, Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (AS) sedang mengembangkan vaksin untuk melawan virus corona atau virus wuhan. Vaksin yang sedang dikembangkan ini rencananya akan diuji coba pada manusia tiga bulan lagi.

"Kita sedang mengerjakan vaksin itu, semoga dalam jangka waktu tiga bulan, kita akan dapat memulai uji coba fase satu pada manusia," kata Direktur Institut Nasional AS Bidang Alergi dan Penyakit Infeksi, Anthony Fauci, dikutip oleh Bloomberg.

Para ahli medis terbagi-bagi untuk melihat seberapa parah dampak dari virus corona jenis baru ini. Sebab masih banyak yang belum diketahui tentang virus yang berasal dari Kota Wuhan di Cina ini. Termasuk belum diketahui secara pasti pola penularannya.

"Satu-satunya berita baik nampaknya sejauh ini virus corona tidak menular dari orang ke orang sebagaimana virus SARS, tapi kita masih melihat awal dari epidemi virus ini, dan kita harus banyak belajar," kata Dekan Fakultas Kedokteran Tropis Nasional Baylor College, Peter Hotez.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement