REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Manyung Bu Fat saat ini sedang menjadi percakapan pecinta kuliner di Jakarta. Pasalnya, makanan asal Semarang dengan rasa pedasnya yang membuat ketagihan itu semakin mudah didapat di Ibu Kota setelah membuka restoran di Cipete, Jakarta Selatan dan sebelumnya di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Pemilik restoran Kepala Manyung Bu Fat, Banik Yoandanny, menjelaskan restorannya pertama kali dibuka oleh sang nenek, Fatimah, pada 1969 di Semarang. Bisnisnya berawal dari warung makan depan rumah beralas tikar.
"Lesehan, semua serba tradisional. Jualan kepala manyung dan dagingnya," ujarnya kepada Republika.co.id saat ditemui di restorannya di Cipete.
Banik mengungkapkan, sang nenek menciptakan menu kepala manyung yang dimasak mangut. Menu ini mempunyai ciri khas sendiri, yaitu rasanya yang pedas.
"Alhamdulillah sudah diterima masyarakat dan akhirnya banyak permintaan. Makin ramai," ungkapnya.
Akhirnya Bu Fat membuka warung sendiri. Walaupun warungnya masih di depan rumah, namun arealnya lebih luas dari sebelumnya.
Setelah Bu Fat meninggal pada 1999, bisnis dilanjutkan oleh anaknya, yakni Bekti Mulyani yang merupakan ibu dari Banik. Lokasi warungnya tetap sama hingga akhirnya di Semarang punya cabang sendiri, yakni di Jalan Sukun Raya nomor 36 Banyumanik, Semarang.
Sejak saat itu, keluarga Banik kebanjiran permintaan dari pelanggan. Banyak orang dari Jakarta ke Semarang untuk kulineran dan mencari kepala manyung Bu Fat. Bahkan, masakan ini sampai dijadikan untuk oleh-oleh.
'Kepala manyung serba fresh, pakai santan jadi tidak bisa lama. Kalau ingin buat oleh-oleh kadang sampai basi," ujarnya.
Banik beserta suami lantas membuka cabang kepala manyung Bu Fat di Jakarta. Cabang pertama dibuka di Jalan Cempaka Putih Raya nomor 19 Jakarta Pusat pada 27 Maret 2019. Cabang kedua resmi melayani pelanggan mulai 16 November 2017 di Jalan Cipete Raya nomor 8, Jakarta Selatan.
"Alhamdulilah responsnya bagus, tidak usah jauh-jauh ke Semarang buat makan manyung, akhirnya ada juga di Jakarta," kata Banik yang merupakan generasi ketiga dari keluarga Bu Fat.
Kepala manyung Bu Fat, kuliner legendaris dari Semarang.
Menurut Banik, orang Jakarta banyak yang merupakan perantau dari Jawa. Ia mendapati, mereka kerap kangen dengan kuliner tradisional Jawa selama berada di Jakarta.
"Yang tadinya pelanggannya hanya orang Jawa atau yang tahu Bu Fat, sekarang orang Jakarta sendiri atau orang luar pulau yang tinggal di Jakarta pada tahu," ungkap Banik.
Sebagai cucu, Banik ingin mempertahankan usaha yang dirintis neneknya. Terlebih, kepala manyung masak sayur manggut ini merupakan masakan legendaris.
Banik tidak ingin usaha neneknya ini punah atau hilang. Ia juga ingin makanan ini semakin dikenal di Indonesia juga bisa go international.