REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena pembajakan film yang beredar lewat situs menonton film ilegal menjadi salah satu faktor yang menghalangi perkembangan layanan Over-The-Top (OTT). Produser Sheila Timothy mengatakan, Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) berusaha melawan pembajakan sejak 2013.
"Malah film yang masih tayang di bioskop sudah tayang di sana, orang jadi enggak ke bioskop lagi atau nungguin saja bentar lagi tayang. Kita sangat against itu," ujar Lala, sapaan akrab Sheila, di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (9/1).
Sheila mengatakan, salah satu cara untuk memberantas pembajakan adalah dengan menanamkan sikap anti menonton film ilegal sejak dini lewat sekolah-sekolah dasar. Anak-anak SD diberi penjelasan tentang budi pekerti dalam menghargai karya orang lain secara legal.
Tak hanya itu, lanjut Sheila, OTT menjadi sumber penghasilan tambahan untuk perusahaan produksi film. Ketika film sudah tidak tayang di bioskop, keuntungan bisa terus mengalir karena konten tersebut bisa dinikmati lewat platform streaming legal yang bisa ditonton sewaktu-waktu. Meski demikian, Sheila mengungkapkan pengembalian modal film masih bergantung besar dari bioskop.
"Bisa dikatakan mungkin 60-70 persen masih tergantung dari pengembalian modal bioskop," kata dia.
Namun OTT tampaknya punya masa depan cerah karena terus berkembang dalam lima tahun belakangan. Menurut Sheila, pada 2019 penghasilan yang didapat dari platform digital lebih besar dari penayangan free to air di televisi.
"Padahal kalau kita lihat tahun 2016, TV swasta atau TV tak berbayar itu menjadi penghasilan kedua setelah bioskop," kata dia.
Kakak dari aktris Marsha Timothy ini berpendapat OTT semakin berkembang karena distribusi semakin besar, pilihan platform semakin banyak, koneksi Internet semakin cepat dan pelanggan OTT bertambah.