Jumat 27 Dec 2019 14:48 WIB

Wanita Koma Setelah Tahunan Gunakan Krim Pemutih

Krim pemutih ternyata mengandung merkuri yang berbahaya.

Rep: Umi Nur Fadhillah/ Red: Indira Rezkisari
Waspadai penggunaan krim untuk perawatan kulit. Pastikan bebas merkuri.
Foto: Pixabay
Waspadai penggunaan krim untuk perawatan kulit. Pastikan bebas merkuri.

REPUBLIKA.CO.ID, SACRAMENTO -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan kasus keracunan merkuri dari krim pemutih wajah di Kota Sacramento, California. Pasien yang sudah menggunakan krim pemutih mengandung merkuri selama bertahun-tahun itu mengalami koma.

Dilansir dari CNN pada Jumat (27/12), CDC melaporkan kasus itu sebagai yang pertama kalinya keracunan metil merkuri dikaitkan dengan krim kulit di Amerika Serikat (AS). Pada Juli lalu, seorang wanita berusia 47 tahun mengunjungi seorang dokter, karena mengeluhkan sensasi tusukan aneh dan kelemahan lengan.

Baca Juga

Ketika pasien kembali dua pekan kemudian, dia mengalami penglihatan kabur dan bicara tidak jelas. Dokter membawanya ke rumah sakit Universitas California, San Francisco. Namun, kondisi pasien dengan cepat semakin menurun menjadi delirium yang gelisah.

“Tubuhnya mengandung kadar metil merkuri yang sangat tinggi,” kata dokter dari Divisi Pekerjaan dan Lingkungan UCSF, Kedokteran dan Sistem Kontrol Racun California, dr Paul Blanc.

Dia menyebut metil merkuri (methylmercury) sangat beracun dan dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf permanen. Laporan CDC mengindikasikan bahwa luka-luka pasien akan diderita permanen.

Keluarga wanita itu menjelaskan pasien menggunakan krim pemutih kulit dari Meksiko dua kali sehari selama tujuh tahun terakhir. Pasien membeli krim itu dari Meksiko yang telah terkontaminasi dengan metil merkuri melalui teman-teman untuk menghapus noda dan keriput di wajahnya.

Pejabat menguji krim itu, kemudian menemukan kandungan 12 ribu bagian per juta (ppm) metil merkuri, sedikit lebih banyak 1,2 persen dari ketentuan. Adalah tindakan ilegal di AS menjual krim kulit yang mengandung lebih dari 1 ppm merkuri.

“Kebanyakan krim pemutih kulit yang berbahaya sengaja dinodai dengan merkuri anorganik, tapi dalam kasus ini, pasien menggunakan produk pencerah kulit yang mengandung merkuri organik, yang jauh lebih beracun,” ujar Blanc.

Dia mengatakan kerugian yang ditimbulkan metil merkuri pada sistem saraf memburuk, setelah pasien berhenti menggunakan atau mengonsumsi produk yang tercemar. Kondisi pasien itu terus memburuk, bahkan setelah pasien menjalani terapi khelasi, yakni sebuah perawatan membersihkan merkuri melalui urin.

“Keracunan sistem saraf pusat, seperti dalam kasus ini, adalah ciri khas merkuri organik, biasanya muncul setelah berminggu-minggu hingga berbulan-bulan paparan. Begitu muncul, kondisi cepat berkembang dan sering memburuk, meskipun ada penghapusan paparan lebih lanjut,” kata dia.

Pada penerbitan laporan CDC, pasien dilaporkan dalam kondisi tidak dapat berbicara atau merawat dirinya sendiri. Pasien mengandalkan tabung makanan untuk nutrisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement