REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film superhero 'Gundala: Negara ini Butuh Patriot' telah sukses tayang di Indonesia pada Agustus lalu dan menembus satu juta penonton lebih. Kini, film Gundala yang dibintangi Abimana Aryasatya, Tara Basro, Ario Bayu, Cecep Arif Rahman, Rio Dewanto dan aktor Malaysia Bront Palarae bakal diputar di bioskop-bioskop Malaysia mulai 26 Desember 2019.
Film ini menceritakan kisah Sancaka, seorang pekerja kerah biru yang memiliki kekuatan super petir dari tangannya. Sancaka memanfaatkan kekuatan supernya itu untuk melawan kejahatan di kota yang sejak lama terjangkit krisis moral dan wabah korupsi. Menurut penulis sekaligus sutradara film Gundala Joko Anwar, film ini menyoroti masalah sosial yang menjangkiti Indonesia.
“Saya tidak membuat film yang hanya memamerkan adegan pertarungan yang apik, namun juga ingin menyoroti masalah sosial dan korupsi yang menjangkiti Indonesia,” kata Joko Anwar dikutip dari media Malaysia, Malaymail pada Selasa (24/12).
Tidak hanya di Indonesia, menurut Joko, film berdurasi 120 menit ini juga relevan dengan permasalahan yang ada di masyarakat berbagai negara. Hal yang relevan saat in, yakni tentang korupsi.
“Apa yang sangat relevan dalam masyarakat kita saat ini misalnya tentang korupsi. Atau tentang sekelompok orang yang mencoba memaksakan nilai-nilai dan cara hidup mereka pada orang lain,” jelas Joko.
Gundala adalah film perdana produksi Jagat Sinema BumiLangit (JSB). Film ini sukses meraup sekitar Rp 67,67 miliar di box office Indonesia. Film ini didasarkan pada serangkaian komik superhero dari tahun 1969 karya Harya Suraminata, yang mendapat inspirasi dari legenda Jawa untuk menciptakan karakternya.
Joko berharap, diangkatnya kisah Gundala ke layar lebar bisa menjadi upaya nyata dalam menjaga permata budaya Indonesia agar tetap hidup.
“Salah satu sumber daya terkaya yang kami miliki di Indonesia adalah budaya dan warisan artistik kami, dan salah satu contohnya adalah komik kami,” kata Joko.