Jumat 06 Dec 2019 06:39 WIB

Pneumonia, Penyebab Kematian Tertinggi pada Balita

Tahun lalu, 19 ribu balita di Indonesia meninggal akibat pneumonia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Dokter memeriksa rontgent paru balita yang dicurigai pneumonia.
Foto: Baby Center
Dokter memeriksa rontgent paru balita yang dicurigai pneumonia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pneumonia atau radang paru menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada balita. Di dunia, pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 800 ribu balita setiap harinya dan lebih dari 2.000 kasus muncul per hari.

Sekitar 80 persen kematian akibat pneumonia paling banyak terjadi di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Pada 2018, di Indonesia terdapat 19 ribu balita yang meninggal akibat pneumonia. Artinya, lebih dari dua anak meninggal setiap jam akibat pneumonia. Lalu apa penyebab pneumonia?

Baca Juga

Dokter spesialis anak respirologi, dr Nastiti Kaswandani SpA(K) menjelaskan, pneumonia merupakan peradangan pada jaringan paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah pneumokokus dan Hib (Hemophilus influenza tipe B).

Menurut Nastiti, virus yang paling sering menjadi penyebab pneumonia adalah respiratory syncytial virus (RSV). Selain itu, virus influenza, rhinovirus, dan virus campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia.

“Pneumonia sebenarnya dapat dicegah dan diobati. Namun sampai saat ini banyak orang tua yang belum aware akan penyakit ini dan faktor risiko pemicu pneumonia,” kata Nastiti dalam diskusi tentang Pneumonia di Gedung IDAI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (4/12).

Nastiti menjelaskan, ada beberapa faktor risiko anak mengalami pneumonia. Bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif, defisiensi vitamin A, imunisasi tidak lengkap, pajanan asap rokok, dan polusi udara sekitar merupakan faktor risiko pneumonia.

Menurut dia, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan bisa menurunkan risiko pneumonia sebesar 23 persen. Sebab, ASI mengandung semua zat-zat yang diperlukan sehingga angka kecukupan gizi bayi terpenuhi. Artinya, bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif berisiko terkena pneumonia.

“ASI juga zat-zat immunoglobulin yang baik untuk ketahanan tubuh bayi. Jadi ada antibodi-antibodi yang tidak ada dalam susu formula namun terkandung dalam ASI. Maka dari itu ASI eksklusif itu penting,” jelas Nastiti.

Pemberian suplemen vitamin A juga penting untuk menekan risiko pneumonia. Nastiti mengungkap, selama ini pemerintah juga telah membuat program pemberian suplementasi vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus untuk menganggulangi defisiensi vitamin A.

Selain itu, pemberian imunisasi yang lengkap juga penting untuk pencegahan pneumonia. Setiap bayi dianjurkan mendapat imunisasi, utamanya imunisasi campak, pertusis, pneumococcal conjugate vaccine (PCV), dan HiB.

“Dari berbagai penelitian yang telah ada, pemberian imunisasi itu terbukti menurunkan risiko pneumonia pada bayi,” jelas dia.

Yang tidak kalah penting ialah menjaga bayi agar terhindar dari pajanan asap rokok dan polusi asap kendaraan. Nastiti mengungkap bahwa saluran pernapasan bayi lebih pendek, sehingga bayi lebih rawan terkena peradangan paru ketimbang orang dewasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement