CEKNRICEK.COM -- Dua pemeran senior asal Inggris, Helen Mirren dan Ian McKellen, beradu peran dalam satu layar di film The Good Liar (2019) yang mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai Rabu (27/11). Sebagai film yang memiliki genre crime thriller, sesungguhnya film ini tak terlalu banyak menampilkan adegan-adegan seru yang menegangkan, meski penampilan Mirren dan McKellen layak diacungi jempol.
Film ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karangan Nicholas Searle. Dari judul film, kita sudah mengetahui bahwa film ini tak akan jauh-jauh dari aksi kebohongan. Itulah yang membuat mengapa plot twist yang disajikan dalam film berdurasi 110 menit ini sebenarnya tak terlalu mengejutkan.
Film ini menceritakan tentang aksi dari seorang con artist (penipu ulung) bernama Roy Courtnay (Ian McKellen). Roy kerap mencari mangsa untuk terlibat dalam proyek investasi bodong miliknya, mulai dari pebisnis, hingga janda kaya. Dalam membantu aksinya, Roy dibantu oleh Vincent (Jim Carter).
Melalui situs kencan online dengan memalsukan identitas dan profilnya, Roy bertemu dengan Betty McLeish (Helen Mirren), seorang janda dengan warisan GBP2 juta, sekaligus seorang pensiunan guru sejarah di Oxford. Berpura-pura memiliki sakit di kakinya, Roy mendapatkan simpati dari Betty, sehingga bisa tinggal di rumahnya.
Roy akhirnya menjalin romansa dengan Betty, guna meyakinkan Betty untuk terlibat dalam investasi bodongnya. Tanpa disangka, Betty juga ternyata memiliki agenda tersendiri untuk Roy. Setelah berbagai kebohongan itu terungkap, keduanya ternyata memiliki ikatan di masa lalu. Ketika manusia terbiasa dengan kebohongan, maka orang itu menjadi kebohongan itu sendiri.
Sejujurnya skenario yang disajikan dalam film ini agak terlalu standar. Sedari awal, kita akan melihat bahwa kedua karakter memang memalsukan profil keduanya dalam situs kencan online. Hal ini membuat kita bisa menebak, bahwa Betty (kalau itu memang nama aslinya) pasti adalah penipu ulung lainnya.
Baca Juga: Review Dark Waters, Simplifikasi Kerumitan Kasus Bahaya Teflon DuPont
Hal ini membuat plot twist yang tersaji, tak terlalu berhasil menipu para penontonnya. Selanjutnya beberapa pengungkapan misalnya di fase kilas balik ke masa lalu, agak terkesan terlalu dipaksakan supaya membuat karakter kedua tokoh menjadi lebih dalam.
Begitu pula dengan perjalanan-perjalanan ke tempat yang ternyata memiliki ikatan sejarah bagi keduanya, seperti hanya menjadi pelengkap untuk latar tempat, tanpa memberikan kesan bahwa keduanya memang memiliki ikatan emosional dengan tempat-tempat itu.
Terlepas dari naskah cerita yang ditulis Bill Condon itu terlalu standar dan terkesan tak ada eksplorasi layaknya film-film berbasis novel seharusnya, aksi peran kedua pemeran senior, Mirren dan McKellen tak perlu dibantah lagi. Nampaknya sang sutradara, Bill Condon memang memberikan kebebasan kedua aktor senior itu untuk mengeksplorasi cerita yang memang kering dari awal.
McKellen yang sebelumnya dikenal sebagai Gandalf di Lord of The Rings dan Erik Lehnsherr alias Magneto di film-film X-Men, rasanya memang seolah tak pernah kehabisan trik dalam berakting. Dari cara Roy berpura-pura lugu, hingga seolah-olah berpura-pura memiliki perhatian kepada Betty, McKellen benar-benar menunjukkan dirinya sebagai seorang penipu ulang yang bisa memanipulasi emosi, termasuk para penonton.
Begitu pula dengan aksi Helen Mirren, sang aktris senior yang meraih Triple Crown (Academy Award, Emmy Award, dan Tony Award). Meski penonton sepertinya sudah mengetahui bahwa dirinya berbohong dari awal, Mirren tetap berhasil menunjukkan bahwa dirinya adalah korban. Mirren nampaknya banyak berimprovisasi di tengah kendala minimnya alur cerita yang menarik.
Pada akhirnya, apabila Anda adalah penggemar seni peran ala teater Inggris, mungkin film ini layak ditonton untuk Anda. Namun apabila Anda mencari film thriller yang memang seru dari sisi cerita, rasanya Anda akan kecewa dari film ini.
BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar