Kamis 14 Nov 2019 05:21 WIB

Kisah Romantisme di Balik Ketan Bakar

Ketan bakar atau disebut juga ketan uli merupakan makanan khas Bekasi yang masih eksis hingga kini. Ketan bakar saat ini bahkan hadir dengan varian rasa dan topping yang lebih kaya, lebih dari sekadar kelapa parut dan serundeng kelapa.

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com

BEKASI, AYOBANDUNG.COM -- Ketan bakar atau disebut juga ketan uli merupakan makanan khas Bekasi yang masih eksis hingga kini. Ketan bakar saat ini bahkan hadir dengan varian rasa dan topping yang lebih kaya, lebih dari sekadar kelapa parut dan serundeng kelapa.

Meski begitu, tak banyak yang tahu bahwa ketan uli mempunyai sejarah pembuatan yang cukup dalam terkait dengan hubungan kekeluargaan dan silaturahmi masyarakat Bekasi. Tak hanya soal jejak rasa, juga makna religi yang hadir di sana.

AYO BACA : Chachamango: Mango Sticky Rice Makanan Thailand yang Hits di Bandung

Pegiat sejarah kuliner nusantara yang juga seorang chef, Wira Hardiyansyah menjelaskan bahwa proses pembuatan ketan uli bisa dibilang romantis karena ada pembagian tugas antara pria dan wanita. Mereka bahu membahu menciptakan sebuah kudapan lezat.

“Biasanya yang cowok menumbuk ketan, sementara yang cewek kebagian memasak atau membuat uli-nya. Pembagian tugas itu ada maknanya, termasuk simbol kebersamaan bagi masyarakat Betawi,” kata Wira kepada Ayobekasi.net, Selasa (12/11/2019).

AYO BACA : Berwisata ke Lembang Wajib Cicipi Jajanan Khas Ketan Bakar

Dia melanjutkan, jauh sebelum adanya peradaban Betawi, ketan disimbolkan sebagai kuliner pemersatu hubungan antar masyarakat, baik di dalam maupun luar kerajaan di era kejayaan Majapahit. Dalam beberapa catatan sejarawan, wajik yang berbahan dasar ketan pun sudah ada di masa itu.

“Ketan itu kan glutennya tinggi. Dia itu lengket, satu sama lain kan lengket. Nah, itu diibaratkan ngumpul, itu kedekatan kita semakin akrab dan baik,” ujar Wira.

Proses pembuatan ketan uli juga tak lepas dari anggapan mistis bahwa ada sejumlah syarat dan pantangan yang mesti dijalankan apabila ingin menghasilkan ketan sempurna. Satu saja yang dilanggar, maka ketan bisa tidak enak, bahkan gagal.

“Bikinnya memang gampang-gampang susah. Kalau jaman dulu, ketan uli dibuat berbarengan dengan pemotongan kerbau andilan yang merupakan tradisi masyarakat Betawi jelang Lebaran atau acara besar,” katanya.

Jika sekarang ada banyak variasi dari ketan uli, lanjut Wira, itu menjadi sebuah inovasi yang tetap tidak menghilangkan keaslian cita rasa ketan itu sendiri. “Modifikasi biasanya ada di-topping. Ketannya tetap sama. Makanya sejarahnya tetap ada dan tidak boleh dihilangkan,” ujar Wira. 

AYO BACA : Kuliner Bandung: Ketan Mochi, Kudapan Unik Buatan Siswa SMKN 9 Bandung

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement