Kamis 31 Oct 2019 13:43 WIB

Deva Mahenra tak Takut Syuting Cerita Horor

Deva Mahenra bahkan menganggap syuting film horor seperti komedi.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Deva Mahenra
Foto: Instagram: @devamahenra
Deva Mahenra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah berperan dalam film 99 Nama Cinta, kini Deva Mahenra, menjadi pemeran utama dalam serial horor Kisah Tanah Jawa: Merapi. Ternyata bagi Deva tidak ada tantangan berarti memerankan karakter di film horor.

Apalagi sebelumnya ia sudah mengenal para pembuat cerita Kisah Tanah Jawa. Bahkan Deva pernah terlibat dalam kegiatan mereka.

"Saya kenal mereka, saya sempat kerja bareng. Karena unsur itu hubungan baik jadi saya ditawarkan kembali. Karena memang yang ditulis berbeda dari sebelumnya. Pendekatannya lebih logis. Yang pertama bicara horor mengesampingkan logika. Ini ada penjelasan logisnya, ada yang percaya dan tidak. Baca novelnya, akhirnya saya suka, terlibat syuting," jelasnya.

Menurut Deva, syuting serial horor ini tidak semenakutkan yang ada di bayangan orang lain. Mereka memang syuting di tengah hutan, namun syuting dilakukan siang hari dengan latar malam hari.

"Syuting tampilan malam tapi siang hari. Jadi tidak semenyeramkan itu," tambahnya.

Deva bahkan menganggap syuting film horor itu adalah sebuah komedi. Karena setan-setan yang ada dalam film, misalnya pocong diminta oleh sutradara untuk inframe siang hari.

"Proses syuting menyenangkan. Tim luar biasa. Tidak pernah mengeluh, sambat sering."

Selain itu, mereka syuting di sebuah hutan riset. Hutan yang dipakai oleh mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM).

Tanaman di sana banyak yang dikawinsilangkan. Ada tumbuhan akasia berduri dikawinsilangkan dengan pohon besar. Deva pun hampir setiap hari tertusuk duri, bahkan sampai mengenai kelopak matanya.

Dalam serial ini, Deva banyak berakting langsung di depan kamera. Seolah-olah ia sedang berhadapan langsung oleh lawan mainnya Joshua Suherman yang memerankan Babon. Namun bagi Deva itu bukanlah hal yang sulit dilakukan.

"Keaktoran, pakai teori keaktoran harus teknis harus beradegan dialog menghadap kamera. Sesuatu yang sulit dilakukan. Lama kelamaan karena Joshua tetap terlibat, Joshua duduk santai, dia ikut beradegan. Itu salah satu membantu sosok dia benar-benar ada. Kamera pada akhirnya sebagai person. Saya harus berdialog seolah-olah itu Joshua. Bermain emosi jujur di situasi palsu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement