Kamis 31 Oct 2019 08:49 WIB

Ganja tidak Efektif Obati Gangguan Mental

Ada risiko ketergantungan yang timbul karena penggunaan produk dari ganja.

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Daun ganja. Pengobatan menggunakan ganja belakangan populer di negara Barat.
Foto: EPA
Daun ganja. Pengobatan menggunakan ganja belakangan populer di negara Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Sebuah makalah yang dirilis dalam The Lancet Psychiatry menunjukkan hasil penelitian dari 83 studi sebelumnya tentang cannabinoid medis, atau produk-produk dari tanaman ganja yang dijadikan sebagai obat. Hasilnya, para ilmuwan mendapatkan bukti bahwa produk-produk yang termasuk seperti daun, kuncup, dan minyak, serta cannabinoid ternyata tidak cukup aman, serta efektif mengobati kesehatan mental.

Beberapa masalah kesehatan mental yang sering diobati dengan produk dari tanaman ganja tersebut diantaranya adalah depresi, kecemasan, gangguan hiperaktif-perhatian, sindrom Tourette, gangguan stres pascatrauma, dan psikosis. Selama ini, ganja dan cannabinoid sering tersedia sebagai obat-obatan di sejumlah negara seperti Amerika Utara, Inggris, dan Australia, namun tanpa dilakukan terlebih dahulu proses standar seperti pegujian dan pengawasan oleh badan pemerintahan yang berwenang.

Baca Juga

“Salah satu hal yang paling mencolok tentang penyebaran undang-undang di beberapa negara yang mengizinkan ganja atau cannabinoid untuk tujuan pengobatan adalah bahwa hal ini sering terjadi di luar kerangka kerja peraturan yang biasanya terjadi dalam pengembangan obat,” ujar penulis utama makalah, Louisa Degenhardt dari National Drug and Alcohol Research Centre di University of New South Wales di Sydney, dilansir Malay Mail.

Dalam beberapa penelitian, ada beberapa perbaikan yang ditunjukkan dengan penggunaan produk tersebut untuk mengatasi masalah kecemasan. Namun, tidak jelas apakah efek itu bnar-benar merupakan pengaruh dari obat.

Selain itu, dalam sebuah studi, diketahui bahwa THC, zat aktif dalam ganja memperburuk gejala masalah mental. Degenhardt juga menggarisbawahi bahwa ada risiko ketergantungan yang timbul karena penggunaan produk dari ganja.

Terlebih, jika obat-obatan didapatkan secara ilegal yang membawa risiko isi dalam produk tak dapat diketahui dengan jelas. Demikian dengan kualitas, serta keamanannya.

Menurut Deepak Cyril D’Souza dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Yale University mengatakan obat-obatan yang terbukti efektif dan tidak membuat ketagihan, meski di dalamnya mengandung kanabis telah ada. Meski demikian, saat ini penelitian besar tengah dilakukan untuk menentukan keseimbangan antara kemanjuran obat, serta efek sampingnya.

“Hingga penelitian selesai, seseorang tidak dapat memiliki keyakinan dalam menghubungkan efek menguntungkan yang diamati dalam uji klinis dengan kanabis,” kata D’Souza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement