Ahad 27 Oct 2019 16:36 WIB

Deteksi Dini Tingkatkan Harapan Hidup Penderita Kanker

Angka ketahanan hidup dapat meningkat hingga 98 persen jika kanker terdeteksi dini.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Kampanye peduli kanker payudara.
Foto: Antara/Eric Ireng
Kampanye peduli kanker payudara.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kanker payudara perlu untuk diwaspadai sejak dini. Angka harapan hidup atau ketahanan hidup dapat meningkat jika kanker diketahui sejak dini.

Dokter RS Jogja International Hospital (JIH), Shinta Vembriana mengatakan angka ketahanan hidup dapat meningkat hingga 98 persen jika kanker terdeteksi sejak dini. Untuk itu, penting memeriksakan dan mewaspadai kanker payudara sejak dini.

"Sadari periksa payudara sendiri dan sadanis (pemeriksaan payudara klinis) bisa di puskesmas maupun rumah sakit, di JIH bisa periksa di poliklinik bedah," ujarnya dalam talkshow Beauty in strength Breast Cancer Awareness di RS Jogja International Hospital (JIH), Ahad (27/10).

Ia mengatakan, kasus kanker payudara ini terus meningkat. Di Amerika Serikat, berdasarkan laporan American Cancer Society pada 2018, angka wanita yang terserang kanker payudara mencapai 266.120 wanita.

Dari jumlah tersebut, 40.920 wanita meninggal dunia karena kanker payudara. Sementara, tidak hanya wanita, laki-laki pun dapat terserang payudara.

Ia menyebut, dari data tersebut laki-laki yang terserang kanker payudara pada 2018 saja mencapai 2.550 orang. Yang mana, 480 orang diantaranya meninggal dunia.

"Jadi satu persen kanker payudara menyerang laki-laki. Gejala pada pria juga sama dengan perempuan, bisa riwayat keturunan atau over weight," ujarnya.

Ia juga menjelaskan, dalam lima tahun angka harapan hidup pasien kanker payudara stadium satu setelah didiagnosa mencapai 100 persen. Untuk stadium dua mencapai 93 persen, stadium tiga mencapai 72 persen dan stadium empat mencapai 22 persen angka harapan hidup penderita kanker payudara. 

"Jadi deteksi dini kanker payudara itu penting," tegasnya.

Faktor yang menyebabkan seseorang menderita kanker payudara bukan hanya faktor keturunan saja. Namun, dapat terjadi setelah masa pubertas atau haid pertama remaja putri.

Selain itu, bisa juga disebabkan karena sudah monopouse yakni bisa terjadi di atas umur 55 tahun. Bahkan, saat hamil pertama juga beresiko kanker payudara.

"Faktornya juga bisa karena tidak memiliki anak atau tidak menyusui. Pernah operasi tumor jinak payudara sebelumnya dan pernah menjalani pengobatan hormonal dalam waktu lama," kata dia.

Presiden Direktur RS JIH Mulyo Hartana mengatakan, agar masyarakat aktif melakukan pemeriksaan dini, pelayanan kesehatan harus mudah diakses. Baik di DIY maupun di berbagai daerah lain di Indonesia. 

Kesadaran masyarakat untuk memeriksakan dirinya sejak dini juga penting untuk selalu dibangun. Sehingga, kampanye dan sosialisasi peduli kanker payudara harus terus digalakkan.

Sehingga, kanker payudara ini diketahui sejak dini dan penangannanya pun dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Tentunya, dapat meningkatkan angka harapan hidup penderita kanker payudara.

"Lewat komunikasi dan sosialisasi soal kesadaran yang awal dari bahaya kanker bisa diatasi nantinya dengan hasil yang lebih baik dan lebih murah. Akhir-akhir ini kita lihat pembunuh terbesar bukan penyakit infektif rapi degeneratif, perlu digaungkan terus kesadaran ini," ujarnya.

Kegiatan ini digelar yang bekerja sama dengan JIH Women Association (JIHWA), Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) dan Komunitas Lovepink yang merupakan komunitas survivor kanker payudara. Dalam acara ini, ada 100 orang lebih yang berpartisipasi.

"event ini rutin diselenggarakan tiap tahun. Harapannya, dengan diadakan rutin kesadaran kanker payudara harus diwaspadai secara rutin dan sejak dini meningkat," kata Ketua JIHWA, Retno Pangastuty Hartana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement