REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, termasuk saat harus memilih popok. Namun, mana yang lebih baik, popok kain atau popok sekali pakai?
Dokter spesialis anak, dr Farabi El Fouz SpA MKes mengungkapkan bahwa hal tersebut sering kali ditanyakan para ibu muda yang baru mempunyai anak. Tak jarang, mereka memilih menggunakan popok kain untuk menghindari ruam popok.
Ada juga yang memilih menggunakan popok sekali pakai dengan merek yang sudah terkenal. Menurut Farabi, orang tua yang demikian berpendapat, ada harga ada kualitas.
Namun, menurut Farabi, penggunaan popok kain ataupun popok sekali pakai ada sisi positif dan negatifnya. Untuk popok kain, sisi positifnya, anak akan menyalakan alarm alami berupa tangisan saat popok kainnya basah oleh air seni atau tinja.
Selain itu, popok kain tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Alhasil, popok kain jarang menimbulkan iritasi pada kulit anak. Tetapi, ibu harus rajin mengganti popok kainnya.
"Kelemahan popok kain ialah tidak bisa menyerap. Basah lama langsung ada masalah," ujar Farabi di sela temu media dalam acara soft launching popok halal Indonesia di Jakarta, pekan lalu (16/10).
Popok sekali pakai, menurut Farabi, cenderung praktis karena orang tua bisa menunda penggantiannya satu sampai dua kali pipis. Meski begitu, kalau bayi buang air besar, tentu tetap harus segera diganti.
"Kelemahan ibu suka lupa, lupa toilet training, sehingga perkembangannya anak jadi masalah," ungkap Farabi.
Di samping itu, Farabi mengamati, ibu kerap lupa mengganti popok sekali pakai karena terlena dengan iklan yang mengklaim popok memiliki daya serap tinggi dan tahan sepanjang malam. Jadi pilih mana popok kain atau popok sekali pakai?
Menurut dokter yang akrab disapa Abi ini, nomor satu tergantung ekonomi. Popok sekali pakai yang berkualitas baik, harganya lumayan mahal.
Pertimbangan berikutnya, ketersediaan. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tentu sulit mencari popok sekali pakai.
"Jangan sampai akhirnya pilih yang tidak sesuai ukuran. Jadi kalau ekonomi ada, ketersediaan ada, ibunya juga aware dan mampu tahu kelebihan dan kekurangannya, ya pakai saja. Kalau misal enggak bisa, popok konvensional ada di mana-mana," ujarnya.