REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wisata medis telah menjadi bidang yang menjanjikan dalam sektor kesehatan. Wisata medis di Malaysia misalnya, diperkirakan akan meraup 9,6 triliun ringgit Malaysia pada 2020 mendatang.
Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang besar untuk bisa maju dalam hal wisata medis. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pengembangan wisata medis di Indonesia.
"Konsep di dalam medical tourism (wisata medis) yang harus dikedepankan saat ini, sebenarnya intinya adalah mengurangi devisa yang keluar," ungkap Wakil Ketua Umum 1 Pengurus Besar IDI dr Muhammad Adib Khumaidi SpOT saat dihubungi Republika.co.id.
Adib mengatakan salah satu yang bisa dilakukan oleh Indonesia adalah menemukan dan menonjolkan karakteristik wisata medis yang khas dan berbeda dibandingkan dengan negara lain. Keistimewaan ini dinilai dapat menarik minat warga negara asing untuk datang dan berobat ke Indonesia.
"Di situ kita bicara mengenai local specific yang jadi unggulan di medical tourism Indonesia," lanjut Adib.
Dalam jangka menengah, Indonesia juga dinilai perlu untuk mengkuti tren teknologi di bidang medis atau kesehatan. Dengan begitu Indonesia akan mampu berkompetisi lebih baik dengan negara-negara tetangga yang sudah lebih dulu unggul di bidang wisata medis.
"Kedua, kita juga harus berkompetisi dengan masalah teknologi kesehatan," jelas Adib.
Seperti diungkapkan oleh VISA dan Oxford Economics, tren wisata medis saat ini sudah berkembang di 176 negera dengan tingkat pertumbuhan per tahunnya mencapai 25 persen. Nilai transaksi saat ini di bidang wisata medis mencapai 439 triliun dolar Amerika dengan jumlah medical tourist di dunia sebanyak 11 juta per tahun.