Senin 21 Oct 2019 00:21 WIB

Penderita Miopia Diprediksi Meningkat Dua Kali Lipat

Kecenderungan melihat dalam jarak dekat tingkatkan risiko miopia.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Indira Rezkisari
Pemeriksaan mata.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pemeriksaan mata.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Prevalensi penderita miopia diprediksi terus meningkat. Bahkan, pada 2050 diprediksi mencapai dua kali lipat.

Hal tersebut dikatakan Dokter Spesialis Mata Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Sardjito, Firman Setya Wardhana. Saat ini prevalensi miopia sudah mencapai 27 persen di seluruh dunia. Ia mengatakan, tentu hal tersebut harus menjadi perhatian, khususnya di Indonesia.

Baca Juga

Sebab, beberapa negara di Asia merupakan penderita miopia tertinggi seperti Singapura, Taiwan dan negara lainnya. Di negara tersebut prevalensinya mencapai 90 persen.

"Ini yang menjadi perhatian bagi kita, terutama kita juga negara Asia. Dan juga ada perubahan lingkungan," kata Firman di RSUP Sardjito, Sleman, beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan, faktor yang mempercepat meningkatnya penderita miopia karena kecenderungan melihat dalam jarak dekat. Selain itu, juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau bakat.

Namun, faktor keturunan juga tidak selalu dapat menyebabkan miopia meningkat. Jika seorang anak yang berpotensi miopia karena keturunan, namun sering beraktivitas di luar ruangan, maka potensi terserang miopia akan lebih rendah.

"Banyak melihat dekat lebih progresif risiko peningkatan produktivitas miopia dibandingkan dengan anak yang bermain di luar ruangan," ujarnya.

Menurutnya, secara umum faktor keturunan memang menjadi penyebab utama miopia. Namun, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi meningkatnya miopia.

Ia menyebutkan, ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa penderita miopia lebih banyak di kota dari pada di daerah. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan.

Terlebih, saat ini banyak sekali hiburan anak-anak yang menyebabkan kecenderungan melihat dekat sering terjadi. Terlebih dengan perkembangan teknologi yang terus terjadi, seperti penggunaan gawai atau ponsel berlebihan oleh anak-anak.  

"Misalnya dia ada bakat miopia dan dia ada lingkungan yang mendukung percepatan miopia, melihat dekat yang berlebihan, sehingga akan meningkatkan kecepatan miopia lebih cepat," jelasnya.

Ia mengimbau orang tua agar mengontrol anak dalam menggunakan gawai. "Karena melihat dekat akan membiasakan anak untuk melihat dekat dan itu akan mempercepat miopia," ujarnya.

"(Penggunaan gawai) Perlu dibatasi jangan sampai ketagihan. Secara umum ada rumus 20:20:20 artinya 20 menit liat dekat, selingi 20 menit lihat jauh dengan jarak 20 kaki," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement