Kamis 10 Oct 2019 21:51 WIB

The Harvest Express Ingin Buka Toko di Pelabuhan

Pelabuhan dianggap menjadi tempat yang strategis untuk berbisnis.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Outlet The Harvest Express resmi dibuka di Stasiun Gambir, Rabu (9/10). The Harvest Express hadir dengan konsep Grab to Go.
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Outlet The Harvest Express resmi dibuka di Stasiun Gambir, Rabu (9/10). The Harvest Express hadir dengan konsep Grab to Go.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring perkembangan zaman, konsumsi roti kian meningkat. Itu sejalan dengan data Euromonitor yang memproyeksikan pertumbuhan rata-rata bisnis roti dan kue Indonesia periode 2014 hingga 2020 akan naik 14 persen.

Merespon akan hal tersebut, sejak April 2019 The Harvest mulai melebarkan usahanya dengan membuka outlet The Harvest Express. Mengusung konsep grab to go, The Harvest Express didesain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan yang sibuk dan dituntut serba cepat.

Baca Juga

CEO The Harvest Group, Edison Manalu menargetkan, sepanjang tahun 2019 pihaknya bisa meresmikan 13 outlet The Harvest Express di berbagai lokasi strategis di Jakarta. Setelah outlet kelima di Stasiun Gambir diresmikan, Edison membidik pelabuhan untuk menjadi lokasi The Harvest Express selanjutnya.

"Selanjutnya kami akan buka dibeberapa tempat strategis lainnya, pelabuhan itu oke juga. Karena saya rasa cukup menjanjikan, banyak orang berlalu-lalang di sana," kata Edison saat ditemui di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (9/10).

Selain di Stasiun Gambir, The Harvest Express juga telah buka di Wisma BNI 46, L'Avenue Office Recidence Jakarta, Bursa Efek Jakarta dan Arkadia Green Park. Menurut Edison penjualan di semua oultet tersebut sangat tinggi dengan rata-rata 800 hingga 1.000 transaksi perhari.

"Makanya salah satu yang kami perhatikan ketika membuka outlet adalah konsumen. Ya, minimal ada 3.000 orang lah yang beraktivitas disekitar outlet. Baru kami akan buka," kata Edison.

Menurut Edison, investasi pembangunan outlet The Harvest Express jauh lebih minim ketimbang membangun The Harvest stand alone. Jika dipersentasikan pembangunan The Harvest Express hanya membutuhkan investasi 10-15 persen dari investasi The Harvest stand alone.

"BEP (Break even point) untuk The Harvest Express juga cepet. 8 bulan sudah BEP lah, paling lama satu tahun," kata Edison.

Sementara itu, CFO The Harvest Group, Evaliny mengungkapkan, salah satu latar belakang dikembangkannya The Harvest Express adalah untuk membuka lapangan pekerjaan baru. Untuk satu outlet The Harvest Express setidaknya dibutuhkan 4 sampai 5 tenaga kerja.

"Kalau ada 13 store dalam setahun kan ada sekitar 50 tenaga kerja yang kita serap. Tinggal tugas kita menentukan strategi pemasaran, salah satunya harga yang terjangkau jadi produk kita bisa dinikmati semua kalangan. Jadi meski margin tipis, asal permintaan banyak," kata Evaliny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement