Selasa 08 Oct 2019 17:55 WIB

LIFEs 2019 Ajak Anak Muda Lebih Mudah Pahami Sastra

LIFEs 2019 akan memperbanyak program edukasi sastra untuk kaum muda.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Literature and Ideas Festival (LIFEs) 2019 menggelar konferensi pers kegiatan festival bertema My Story, Shared History yang akan berlangsung pada 12-20 Oktober 2019.
Foto: Republika/Umi Nur Fadhilah
Literature and Ideas Festival (LIFEs) 2019 menggelar konferensi pers kegiatan festival bertema My Story, Shared History yang akan berlangsung pada 12-20 Oktober 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Literature and Ideas Festival (LIFEs) atau Festival Sastra dan Gagasan 2019 menyasar dan mengedukasi anak muda agar mencintai dan memahami sastra. LIFEs menganggap masih ada gap, kesenjangan, dan kemampuan dalam mengapresiasi penonton umum.

Direktur Festival Ayu Utami menjelaskan LIFEs ingin memperbanyak program edukasi sastra untuk masyarakat awam dan anak muda. Selama ini, dia melihat banyak festival sastra di dunia yang memperlihatkan karya terbaik melalui diskusi canggih.

Baca Juga

“Sebenarnya ada gap, kesenjangan, dan kemampuan apresiasi penonton umum itu besar. Kami adakan program khusus untuk edukasi apresiasi seni ke kalangan lebih muda dan umum,” kata Ayu dalam konferensi pers LIFEs 2019 bertema My Story, Shared History di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan, Selasa (8/10).

Sejak tiga tahun lalu, dia mengatakan LIFEs mengadakan debat sastra untuk anak-anak muda. Namun, saat ini, LIFEs melaksanakan metode untuk mengubah cara mengajarkan sejarah sastra ke anak-anak, khususnya SMA/sederajad.

Tahun ini, LIFEs 2019 mengusung tema My Story, Shared History yang memfokuskan pembahasan pada hubungan Belanda dan Indonesia. Ayu mengatakan LIFEs cukup prihatin jika ada pertengkaran karena beda pendapat tentang sastra. LIFEs memandang reaksi tersebut disebabkan karena ketidakmampuan menerima perbedaan pandangan soal sejarah.

“Kalau di sekolah, sejarah itu datang dari pelajaran yang terlalu dogmatis, dijejalkan begitu saja dari satu sumber. Kita ingin mulai mengajak menulis sejarah dari sejarah personal,” ujar Ayu.

LIFEs 2019 menampilkan kolaborasi enam sastrawan Indonesia dan enam sastrawan Belanda yang memiliki nenek moyang Hindia Belanda. Para seniman diminta untuk menulis cerita pribadi, sejarah keluarga yang berhubungan dengan sejarah keluarga.

“Mereka saling bertemu untuk memperkaya pespektif,” kata dia.

LIFEs 2019 juga bekerja sama dengan Yayasan Cahaya Guru untuk memberi alat bantu pengajaran sejarah sastra berupa video agar lebih gampang dipahami anak muda. Kolaborasi itu akan membuat pembelajaran dalam bentuk video peta sastra menggunakan 11 kata kunci sederhana dengan melihat kepentingan pribadi dan menghubungkan dengan dunia sastra. Kolaborasi akan membuat 12 video pendek untuk diunggah di YouTube agar bisa diunduh siapa saja sebagai bahan pengajaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement