REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Italia tetap menjadi pasar potensial ekspor bunga pala asal Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) hingga September 2019. Sejak beberapa tahun terakhir, permintaan komoditas pala untuk Italia sangat tinggi. Hampir tiap minggu terjadi pengiriman, baik biji pala maupun bunganya.
"Kali ini, mengekspor bunga pala atau fuli ke Italia sebanyak empat ton dan mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar 67.800 dolar Amerika Serikat (AS)," kata kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Jenny Karouw, di Manado, Senin (23/9).
Dia menjelaskan, sejak Januari hingga Juni bunga pala yang diekspor ke luar negeri termasuk Italia sebanyak 194.733 kilogram dan mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar 1,37 juta dolar AS.
"Komoditas pala khususnya dari Kepulauan Siau yang dikenal dengan Pala Siau sangat diminati oleh pembeli dari Eropa," katanya.
Ekspor pala ke Italia tersebut, kata dia, semakin mengokohkan komoditas tersebut sebagai penyumbang devisa yang cukup signifikan dari provinsi tersebut. "Sejak dulu produk turunan pala memang diminati pasar luar negeri, termasuk Argentina dan negara lain di Benua Amerika, karena sangat banyak manfaatnya bagi masyarakat, antara lain untuk rempah-rempah, rasanya yang sangat khas," katanya.
Selain Eropa dan Amerika, biji pala produksi Sulawesi Utara juga mulai diminati pasar Afrika. "Minat tersebut ditandai dengan makin banyaknya permintaan ekspor pala dan bunganya ke berbagai negara di dunia. Ini menunjukkan mutu komoditas pala di daerah ini cukup baik," katanya.
Ia berharap peluang ekspor tersebut dimanfaatkan petani biji pala untuk meningkatkan produksi dan kualitas agar komoditas tersebut semakin disukai masyarakat dunia. Saat ini, biji pala yang banyak diekspor ke Eropa, Amerika, dan Afrika tersebut berasal dari Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sangihe, dan Talaud.