Rabu 11 Sep 2019 15:49 WIB

Prisia Nasution Bikin Penonton Larut dalam Film Lorong

Prisia Nasution jadi ibu melahirkan yang mencari anaknya di drama thriller Lorong.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Prisia Nasution dalam film Lorong.
Foto: Tangkapan layar trailer Lorong
Prisia Nasution dalam film Lorong.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Multivision Plus (MVP) Pictures siap kembali merilis film terbaru berjudul Lorong. Film bergenre horor thriller ini ini akan serentak diputar di seluruh bioskop Indonesia pada 12 September 2019.

Lorong mengisahkan Mayang (Prisia Nasution) yang terbangun pasca melahirkan mendapatkan kabar buruk dari sang suami, Reza (Winky Wiryawan). Ia mengabarkan pada Mayang bahwa bayi pertama mereka telah meninggal dunia.

Sebagai seorang ibu, Mayang tidak serta-merta percaya pada hal itu. Ia merasa sempat mendengar tangis anaknya ketika melahirkan melalui operasi sesar.

Mayang mulai mencari bayinya di rumah sakit itu. Tetapi semua orang di sana yakin ia hanya berhalusinasi.

Dia lantas menghubungi pihak kepolisian untuk mencari titik terang kasus janggal ini. Usaha Mayang menemui jalan buntu setelah dokter yang membantunya melahirkan, dr Vera (Nova Eliza), menyodorkan bukti berupa dokumen kematian bayinya, lengkap dengan beberapa foto kejadian.

Didorong intuisinya sebagai ibu, Mayang memilih untuk tidak menyerah. Ia tetap mencari anaknya meski sampai dianggap gila oleh sebagian orang di rumah sakit, bahkan oleh suaminya sendiri. Belum lagi, Mayang juga diikuti oleh arwah penasaran.

Lorong disutradarai oleh Hestu Saputra dan memiliki rating 13 tahun ke atas . Film yang berdurasi 94 menit ini dibintangi oleh Prisia Nasution, Winky Wiryawan, Nova Eliza, Teuku Rifnu Wikana, Gesata Stella, Josephine Firmstone, David Santoso, dan Ade Firman Hakim.

Boleh dibilang Prisia sukses memerankan seorang ibu yang putus asa mencari anaknya tetapi dianggap kurang waras oleh orang sekitar. Penonton seolah-olah bisa merasakan emosi yang dihadirkan perempuan kelahiran 1 Juni 1984 ini.

Gerak-gerik setelah adegan ia menjalani operasi sesar di film ini juga tampak logis, yakni agak kesulitan berjalan dan memakai obat pereda rasa sakit. Sementara itu, adegan slapstick yang dilakukan oleh karakter Darmo (Teuku Rifnu Wikana) dan Suster Citra (Gesata Stella) di tengah-tengah film cukup mencuri perhatian. Kata-kata yang dilontarkan akan mengundang tawa bagi penonton yang memang menyukai adegan slapstick.

Sebagai film bergenre horor thriller, bumbu horor di Lorong terasa tanggung. Jumpscare di film ini kurang mengagetkan untuk pecinta horor.

Sutradara Hestu Saputra terkenal dengan karya-karya film dramanya, di antaranya Hujan Bulan Juni, #moveonaja, dan Perfect Dream. Tahun ini, Hestu menerima tantangan menyutradari film horor thriller, Lorong.

Hestu mengungkapkan sebelum bertemu dengan Co Produser Eksekutif Amrit Punjabi, ia sudah memiliki keinginan untuk membuat film bergenre suspense. Namun, pada akhirnya ia memiliih genre horor yang memiliki pendekatan secara psikologis.

Dalam proses penggarapan naskahnya, Hestu dan tim meminimalisir cerita-cerita yang tidak logis karena film ini sangat realis.

“Setelah proses skenario selesai, ini kami beberakan ke pemain, bagaimana perspektif mereka, kita kupas lagi scene by scene, dialog demi dialognya sampai proses syuting juga seperti itu,” ujar Hestu dalam acara konferensi pers gala premier film Lorong di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta, Senin (9/9) malam.

Saat menggarap sebuah karya tentu selalu ada banyak tantangan. Salah satunya, menurut Hestu, ialah mendapatkan lokasi rumah sakit sesuai keperluan film. Kru sempat tidak mendapat lokasi rumah sakit yang tersedia untuk syuting Lorong.

Nah ketika dapat lokasi rumah sakitnya kecil, padahal kami inginnya pendekatan rumah sakit modern yang di mana orang ketika datang itu sudah biasa, bukan rumah sakit tua atau lama,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement