REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecanduan gawai seperti ponsel pintar nyatanya memiliki efek yang mirip dengan narkoba. Mungkin ini terdengar sedikit menyeramkan, tapi itu memang kenyataanya.
Klaim tersebut juga disadari seorang terapis di Inggris, setelah adanya peningkatan candu dari smartphone di kalangan remaja. Dari jutaan remaja yang menghabiskan harinya di media sosial dan berharap menemukan sesuatu yang menarik, rupanya memiliki tingkat adiktif yang sama dengan narkoba dan alkohol. Hal tersebut bukan suatu kelucuan semata, melainkan sudah pencapaian tingkat kecanduan.
Seperti dilansir thelifehacker, Senin (9/9), Profesor Jennifer Ihm dari Universitas Kwangwoon di Korea merilis penelitian berdasarkan kecanduan gawai pintar. Penelitiannya melibatkan 2.000 anak berusia 12 tahun. Ia menyatakan bahwa dengan kecanduan gawai pintar tersebut bisa memengaruhi kesehatan psikologis dan fisik anak. Kecanduan tersebut juga berpengaruh pada keberhasilan akademis si anak di sekolahnya.
Dari studi tersebut dinyatakan bahwa 50 persen remaja menggunakan ponsel mereka secara teratur. Studi juga menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen dari remaja yang diteliti kecanduan smartphone, dan anak-anak tersebut justru menyadari hal tersebut.
Sedangkan sekitar 84 persen dari anak tersebut mengaku tidak bisa pergi tanpa smartphonenya. Kecanduan ini tentu dapat menyebabkan depresi, kecemasan, nyeri leher dan pergelangan tangan, hingga gangguan tidur serta perasaan tidak aman dari penggunanya.
Dalam studi itu juga dikatakan, seseorang kecanduan gawai dibuktikan ketika mereka memeriksa gawai tanpa alasan yang jelas. Bahkan, tahukah anda berapa orang rela bangun di tengah malam hanya untuk memeriksa gawai mereka? Ini adalah suatu kebiasaan yang buruk.
Menurut jurnal Pediatrics Child Health, orang tua harus memberi contoh baik bagi anak-anak mereka. Para orang tua bisa mencegah hal tersebut dengan cara yang sederhana, diantaranya, berhenti menggunakan telepon anda sepanjang hari. Selain itu, menghindari penggunaan gawai ketika makan merupakan contoh yang sempurna.
Profesor Jean Twenge dan Keith Campbell dari San Diego State University mengumpulkan data dari 40.000 anak-anak di AS. Penelitian itu dilakukan pada anak-anak berusia antara 2 hingga 17 tahun, dan menunjukan bahwa waktu yang dihabiskan mereka di sosial media atau menonton video sangat memengaruhi tingkat emosional mereka.
Dari penelitian itu disebutkan juga bahwa penggunaan gawai selama dua jam atau lebih bisa menghilangkan kesabaran dan sulit untuk tenang. Menghabiskan empat jam sehari dengan wajah terpaku pada gawai bisa membuat remaja suka berdebat dan cemas. Penggunaan yang mereka lakukan itu juga akan mengurangi rasa ingin tahu.
Penggunaan gawai bagi balita hanya bisa dilakukan selama satu jam, sedangkan anak dan remaja usia sekolah hanya boleh menggunakannya selama dua jam. Hingga kini, banyak studi yang menyatakan bahwa smartphone lebih banyak bahayanya daripada hal baiknya, namun sayangnya, beberapa orang tua masih mengabaikannya.
Gawai memang bisa membantu menghubungi keluarga dan teman, namun demikian, terlalu sering menggunakan perangkat tersebut bisa membuat anak atau bahkan anda merasa cemas dan tertekan. Oleh karena itu, batasi waktu penggunaan gawai anda, dengan demikian anak-anak atau keluarga anda akan mengikuti contoh sederhana seperti itu.