REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perempuan yang beresiko tinggi terkena kanker payudara dapat mencegah penyakit itu dengan mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Hal ini direkomendasikan oleh US Preventive Services Task Force (USPSTF) yang melakukan studi terbaru yang dirilis di Jurnal American Medical Association.
“USPSTF mendorong perempuan untuk berbicara tentang manfaat dan bahaya pengobatan dengan dokter, sehingga mereka dapat membuat pilihan terbaik berdasarkan nilai-nilai dan prefensi pribadi,” ujar anggota USPSTF, Michael Barry dari Harvard Medical School di Boston, Amerika Serikat (AS) dalam pernyataan melalui email kepada Reuters, Rabu (4/9).
Temuan dalam penelitian ini didapatkan pada lima juta perempuan, yang berpartisipasi dalam 46 studi. Menurut hasil penelitian USPSTF, perempuan yang tidak memiliki riwayat kanker payudara pribadi tetapi beresiko tinggi untuk mengembangkannya harus mempertimbangkan minum obat untuk mengurangi resiko.
Namun, USPSTF tidak merekomendasikan obat-obatan tersebut digunakan untuk perempuan yang tidak memiliki peningkatan risiko kanker payudara, termasuk yang berusia di bawah 60 tahun. Hal itu karena terdapat efek samping dari obat yang dapat timbul lebih besar dibandingkan manfaatnya, seperti pengentalan darah, kanker endometrium, dan katarak.
USPSTF menyarankan, agar perempuan yang setidaknya memiliki resiko tiga persen terkena kanker payudara dalam lima tahun ke depan akan mendapat manfaat dari obat. Tentunya obat pereduksi resiko ini harus ditawarkan kepada merea, jika resiko efek samping pada mereka juga rendah.
Pada 2013, USPSTF merekomendasikan tamoxifen dan raloxifene sebagai obat pengurang risiko kanker payudara. Dalam pembaruan pada 2019, sejumlah obat dimasukkan ke dalam daftar, di antaranya aromatase inhibitor, termasuk exemestane dan anastrozole.
“Kami juga membutuhkan lebih banyak bukti untuk lebih memahami manfaat dan bahaya seumur hidup dari obat-obatan ini dan bagaimana mereka dapat mengurangi risiko dalam populasi tertentu, seperti wanita Afrika-Amerika yang lebih mungkin meninggal karena kanker payudara,” jelas Barry.