REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Pusat kesehatan masyarakat di Amerika Serikat (AS) memperingatkan untuk tidak menggunakan rokok elektronik atau dikenal dengan 'vaping' setelah adanya lonjakan penyakit pernapasan yang misterius yang terkait dengan vaping. Peringatan tersebut dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (The Centers for Disease Control and Prevention/CDC) yang bermarkas di Atlanta, Georgia, AS.
Dalam peringatan yang dikeluarkan pada Jumat (30/8) lalu tersebut, CDC mengingatkan akan risiko kesehatan spesifik akibat vaping. Karena itu, CDC mengimbau agar masyarakat menahan diri dari penggunaan produk-produk rokok elektronik.
Dikatakan, bahwa penyakit yang menyangkut pernapasan mengalami peningkatan. Pada 27 Agustus 2019 lalu, tercatat ada 215 kemungkinan kasus dari 25 negara bagian dari penyakit paru-paru yang kemungkinan terkait dengan vaping.
"Dalam banyak kasus, pasien melaporkan gejala-gejala awal secara bertahap, termasuk kesulitan bernapas, sesak napas, dan atau nyeri dada sebelum dirawat di rumah sakit," ungkap CDC, seperti dilansir dari Fox News, Rabu (4/9).
Sementara itu, sejumlah kasus melaporkan penyakit astrointestinal ringan sampai sedang termasuk muntah dan diare, atau gejala lain seperti demam atau kelelahan. Dalam banyak kasus, pasien juga mengakui penggunaan produk rokok elektronik dengan kandungan tetrahydrocannabinol (THC) baru-baru ini saat berbicara dengan petugas kesehatan atau dalam wawancara lanjutan oleh staf departemen kesehatan.
"Negara-negara sedang menyelesaikan penyelidikan dan verifikasi kasus mereka sendiri berdasarkan definisi kasus terstandarisasi CDC yang baru-baru ini dirilis," lanjut CDC.
Selain dari penyelidikan yang tengah berlangsung, CDC memperingatkan bahwa produk rokok elektronik tidak boleh digunakan oleh kalangan ramaja, dewasa muda, wanita hamil serta orang dewasa yang saat ini tidak menggunakan produk tembakau. Faktanya, vaping telah menjadi masalah nasional di AS dalam beberapa tahun terakhir. Dampak dari bahaya vaping masih berlanjut.
Bulan lalu, seorang remaja di negara bagian Utah yang tengah mencoba produk-produk baru vaping diimbau yang lainnya agar berhenti menggunakan vaping setelah ia dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan koma dengan kelainan paru-paru yang langka. Padahal, remaja bernama Maddie Nelson tersebut telah melakukan trik-trik vaping selama bertahun-tahun. Remaja berusia 18 tahun itu mengatakan, ada partikel lemak yang tumbuh di dalam paru-parunya yang terkait dengan gliserin dalam cairan vape.
"Jadi paru-paruku penuh dengan cairan. Mereka mengatakan bahwa rontgen dadaku adalah salah satu yang terburuk yang pernah mereka lihat," kata Nelson.
Nelson dirawat di rumah sakit setempat di Payson pada akhir Juli lalu, setelah beberapa bulan menderita gejala ringan yang berubah menjadi demam dan muntah. Ia akhirnya dipindahkan ke Rumah Sakit Regional Timpanagos, di mana ia dirawat di unit perawatan intensif. Nelson ditempatkan dalam koma yang diinduksi secara medis selama tiga hari.