Senin 02 Sep 2019 15:55 WIB

Dibanding Era 60-an, Orang Kini Cenderung Kurang Tidur

Ada banyak penyebab yang membuat orang masa kini kurang tidur.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Wanita mengantuk
Foto: Flickr
Wanita mengantuk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merasa sulit tidur di malam hari? Anda tak sendirian. Studi terbaru mengungkapkan bahwa masyarakat saat ini memiliki kecenderungan untuk tidur dalam waktu yang lebih singkat

Studi yang dilakukan oleh universitas Oxford, Cambridge, Harvard, dan Manchester mengungkapkan bahwa masyarakat saat ini tidur malam dengan durasi hampir dua jam lebih singkat dibandingkan pada era 1960-an. Rata-rata durasi tidur orang dewasa di Amerika Serikat pada era 1960-an adalah 8,5 jam. Akan tetapi saat ini, rata-rata jam tidur orang dewasa di malam hari tidak sampai tujuh jam.

Baca Juga

Durasi tidur yang semakin singkat ini dinilai berkaitan dengan gaya hidup moderen saat ini. Aktivitas yang sibuk membuat banyak orang saat ini tidak terbiasa dengan siklus terang dan gelap.

"Kita banyak menonton acara televisi, tablet dan ponsel memancarkan cahaya biru yang mengganggu tidur setiap malam, dan menjadi suatu hal yang normal bagi bos kita untuk mengirimi kita surel pada pukul 9 malam (sesuatu yang tak bisa dilakukan 20 tahun lalu)," ungkap Dr Sara Gottfried seperti dilansir RTE.

Sara mengatakan, banyak orang saat ini bahkan tertidur dalam kondisi masih bersama ponselnya. Kondisi ini pun tak hanya terjadi pada orang dewasa saja.

Sara mengingatkan bahwa tiap orang membutuhkan jam tidur yang cukup. Ketika seseorang cenderung merasakan kantuk sepanjang siang, berarti ada suatu masalah pada kualitas tidur dia di malam hari.

Durasi tidur malam yang baik adalah durasi tidur yang memungkinkan tiap orang untuk bisa bangun, terjaga, dan fokus di siang hari. Oleh karena itu, durasi tidur malam tidak harus mengikuti pakem delapan jam per malam.

Penting juga untuk menjaga agar tubuh tidak kekurangan tidur. Kurang tidur dapat melemahkan sistem imun dan menurunkan motivasi serta empati.

"Reaksi waktu yang lebih lambat, konsentrasi buruk, dan peningkatan nafsu makan," jelas Stanley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement