REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyanyi Glenn Fredly sangat tidak setuju dengan tindakan razia buku yang dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Menurut pelantun lagu "Januari" itu, tindakan tersebut tak pas diterapkan pada masa demokrasi ini.
“Saya sangat menyayangkan. Saya sangat tak setuju pemberangusan atau pembredelan buku,” kata Glenn usai menghadiri peluncuran buku 'Untuk Republik - Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa' di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (13/8).
Penyanyi berusia 43 tahun itu menilai tindakan razia buku kiri tak menjawab tantangan dan kebutuhan masa demokrasi. Pun tindakan itu secara konstitusi bertentangan.
“Karena kalau kita ngomongin berangus buku, nanti ada kelanjutannya. Artinya dunia bukan hanya di buku lagi, tapi juga digital, dan begitu banyak informasi. Buat apa takut sama buku, dan sangat tak beralasan,” ujar Glenn.
Menurut dia, seharusnya buku-buku tersebut menjadi alat pembelajaran untuk melihat bagaimana keinginan generasi muda terhadap kondisi bangsa. Bahkan, buku-buku itu bisa menjadi narasi baru untuk menjawab kebutuhan bangsa ini.
“Karena bagi saya, (razia buku) itu tak menjawab kebutuhan sama sekali, ketika buku harus dibredel,” kata Glenn.
Glenn menganggap razia buku kiri menunjukkan betapa sempit cara berpikir dan tak bijaknya pihak terkait melihat kondisi bangsa. Sebab, generasi muda hidup dalam dunia yang lebih luas daripada buku yang bisa dipegang fisiknya.