REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perempuan memiliki banyak peran dalam hidupnya. Apalagi, ketika sudah berkeluarga, sebagai anak, menantu, istri, ibu hingga sebagai pekerja. Terkadang, perempuan selalu menetapkan target yang tinggi di setiap perannya.
Ditambah lagi, perempuan bisa berpindah peran dalam waktu singkat. Misalnya, saat ia sedang bekerja, ada panggilan mendadak dari rumahnya yang mengharuskan dirinya berganti peran sebagai seorang istri dan ibu. Faktor tersebut mengakibatkan perempuan rentan mengalami stres.
Hal ini terjadi karena ada satu hal yang sering dilupakan oleh perempuan, yaitu mencintai diri sendiri. Terkadang, karena terlalu fokus membahagiakan orang-orang di sekitarnya, perempuan tidak memiliki waktu untuk membahagiakan dirinya.
Sebaliknya, perempuan seringkali selalu menyalahkan dirinya sendiri. Setiap ada kesalahan pada anak atau pada suaminya, perempuan merasa ia menjadi penyebab kesalahan itu.
Akhirnya, perempuan selalu merasa dituntut untuk sempurna. Selalu menutupi kesedihan atau kemarahan yang dirasakannya. Padahal seharunya, perempuan bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Harus bisa menganggap bahwa bersedih adalah suatu hal yang manusiawi bagi perempuan.
“Ini jadinya kalau psikologi harus kembali lagi ke bab 1. Harus kembali mengenali diri sendiri. Padahal harusnya sejak remaja sudah bisa mengenali diri sendiri. Memang benar kalau perempuan yang kuat itu berani menghadapi masalah. Tapi ingat, perempuan juga harus mengenali emosinya. Kalau sudah menghadapi dan tidak bisa menyelesaikan masalah, harus mau untuk minta tolong ke sekeliling. Jangan dipendam,”ujar Retno Dewanti Purba, psikolog keluarga saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Namun, di balik itu semua, perempuan sebenarnya sosok yang memiliki daya lentur luar biasa. Perempuan selalu berusaha bangkit dari setiap keterpurukan yang dialaminya.
Meski sebenarnya, perempuan tidak semestinya menghadapi semuanya sendirian. Jika memang memerlukan bantuan, meminta tolong pun menjadi hal yang manusiawi untuk dilakukan.
Hal-hal kecil pun dapat dilakukan sebagai upaya untuk mencintai diri sendiri. Mulai dari jalan-jalan ke mal atau sekedar mendengarkan musik, semuanya dilakukan untuk menciptakan momen me time. Tapi, tetap harus diingat kalau kegiatan tersebut tidak boleh terlalu sering dilakukan.
Paling penting, semua harus seimbang dalam menjalankan peran. Termasuk peran sebagai diri sendiri.
“Tidak salah kok kalau misal mau belanja ke mal gitu. Memang cuma sesekali, tapi dampaknya luar biasa untuk kita,” ujar Retno.