Rabu 24 Jul 2019 01:33 WIB

Ini Bahaya Memakai Pakaian Baru tanpa Dicuci

Memakai pakaian baru berisiko terkena dermatitis, ruam alergi hingga kanker.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Cucilah pakaian baru sebelum digunakan agar tidak terkena masalah kulit hingga berisiko kanker
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Cucilah pakaian baru sebelum digunakan agar tidak terkena masalah kulit hingga berisiko kanker

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika memiliki baju baru, terkadang rasa tidak sabar membuat beberapa orang langsung memakainya tanpa dicuci terlebih dahulu. Mereka menganggap baju tersebut bersih dan bisa langsung digunakan segera. Padahal, tunggu dulu, ada risiko dari ketidaksabaran itu.

"Ketika kita melihat dermatitis kontak alergi dari pakaian, biasanya berasal dari pewarna yang rontok," kata profesor dermatologi di Case Western Reserve University dan direktur program dermatitis di University Hospitals Cleveland Medical Center Dr Susan Nedorost, dikutip dari Time, Selasa (23/7).

Apa itu dermatitis kontak alergi? Istilah ini digunakan untuk menerangkan reaksi terkait sistem kekebalan terhadap alergen yang telah bersentuhan dengan kulit. Kondisi ini menyebabkan reaksi yang tertunda atau ruam yang muncul beberapa hari setelah paparan dan kondisi tersebut dapat berlangsung selama berminggu-minggu. 

Masalah ini muncul karena pewarna yang digunakan untuk baju, terutama digunakan dalam bahan pakaian sintetis seperti poliester dan nilon. Kehadir pewarna ini berada di level yang lebih tinggi dalam pakaian baru yang tidak dicuci.

Nedorost mengatakan, berkeringat dan gesekan dapat menyebabkan zat pewarna larut keluar dari pakaian. Peralatan olahraga sintetis dengan bahan mengkilap, elastis, dan tahan air yang sangat populer saat ini  sering menjadi penyebabnya.

"Jika seorang pasien masuk dan memiliki ruam di bagian belakang leher dan sepanjang sisi mereka di sekitar ketiak mereka, pertanyaan pertama yang saya tanyakan adalah apa yang mereka kenakan saat berolahraga," kata Nedorost.

Belum jelas seberapa umum alergi ini  di antara masyarakat umum. Namun, ada satu cara untuk membatasi risiko reaksi buruk, yaitu, dengan mencuci pakaian baru, sehingga menghapus sedikit pewarna tambahan dan membuat paparan menjadi lebih rendah.

Dalam kasus yang sangat jarang, mengambil langkah ini bahkan dapat mencegah perkembangan alergi baru. Pewarna yang cukup larut ke kulit atau luka terbuka itu bisa mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dan menciptakan sensitivitas yang bertahan lama.

Ruam alergi bukan satu-satunya masalah kesehatan yang terkait dengan bahan kimia pakaian. Dalam sebuah studi tahun 2014, sekelompok peneliti dari Universitas Stockholm di Swedia menguji 31 sampel pakaian yang dibeli di toko-toko ritel dengan beragam dalam warna, bahan, merek, negara pembuat, dan harga, dan ditujukan untuk pasar yang luas.

Mereka menemukan jenis senyawa kimia yang disebut "quinoline" atau salah satu turunannya di 29 dari 31 sampel. Tingkat bahan kimia ini cenderung sangat tinggi dalam pakaian poliester. 

Quinoline digunakan dalam pewarna pakaian, dan Badan Perlindungan Lingkungan AS telah mengklasifikasikannya sebagai karsinogen berdasarkan beberapa penelitian yang menghubungkannya dengan aktivitas pemicu tumor pada tikus. Meskipun saat ini beluma  ada penelitian pada manusia yang dilakukan untuk menilai potensi quinoline yang menyebabkan kanker.

Anggota kelompok Universitas Stockholm dan seorang profesor kimia analitik Ulrika Nilsson menemukan nitroanilin dan benzothiazoles yang muncul dalam pakaian. Bukti laboratorium dan uji kepada hewan menunjukan potensi dampak buruk  terhadap kesehatan, termasuk kanker. 

Sementara beberapa bahan kimia tersebut tetap berada di serat pakaian, kemudian terserap dalam kulit atau ke udara yang dihirup saat pakaian menua dan rusak. Meski kekhawatiran ini telah muncul, masalah bahan kimia tersebut tidak diteliti dengan baik.

"Selalu demi kepentingan anda untuk mencuci pakaian sebelum mengenakan, ini mengurangi kandungan bahan kimia," kata Nilsson menekankan mencuci pakaian bisa mengurangi terutama bahan kimia yang mungkin tersisa dari proses pembuatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement