Senin 15 Jul 2019 10:06 WIB

5 Fakta Kartu Pra Kerja buat Pengangguran, Nomor 3 Paling Ditunggu

Apa benar pengangguran di Indonesia akan digaji? Bagaimana mekanismenya?

Rep: cermati/ Red:
Pekerja kantoran. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Pekerja kantoran. Ilustrasi

Nama Wawan Hirawan mendadak viral di media sosial (medsos) karena unggahan videonya berdurasi 35 detik. Dalam video tersebut, pemuda asal Bone, Sulawesi Selatan itu membuat heboh lewat pernyataannya gantung ijazah, dan memilih nganggur demi mendapat tunjangan uang dari pemerintah melalui kartu pra-kerja.

Buat yang belum tahu, kartu pra-kerja merupakan salah satu janji Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin bila terpilih lagi dua periode. Begitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan 01 sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024, Wawan buru-buru menagih janji itu.

Sebetulnya apa benar pengangguran di Indonesia akan digaji? Bagaimana mekanismenya? Supaya enggak salah kaprah dan muncul Wawan lainnya, yuk simak fakta-fakta kartu pra-kerja yang masih digodok pemerintah, seperti dikutip dari berbagai sumber:

Baca Juga: Cara Cepat Dapat Kerja Setelah Lulus SMA/SMK

 

kartu pra kerja

Kartu Pra Kerja untuk Pengangguran via tribunnews.com/geotimes.co.id

1. Untuk Pencari Kerja Lulusan SMA/SMK, S1, dan PHK

Target sasaran kartu pra-kerja adalah anak muda usia produktif lulusan SMA atau SMK, dan perguruan tinggi, serta mereka yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang akan atau sedang mencari kerja.

2. Dapat Pelatihan Keterampilan, Kursus, sampai Magang

Pemegang kartu pra-kerja akan mendapat pelatihan keterampilan (vocational training) di Balai Latihan Kerja (BLK) milik Kementerian Ketenagakerjaan sesuai minat dan bakat, agar menambah ilmu dan keahlian mereka.

Jadi sebelum betul-betul masuk ke bursa kerja, mereka punya kompetensi memadai dari sisi keterampilan, keahlian, dan bahasa yang dibutuhkan dunia kerja.

Kartu pra-kerja nantinya bisa digunakan untuk mendaftar kursus. Kursus sesuai bidang yang diinginkan pencari kerja. Misalnya kursus Informasi Teknologi (IT) di lembaga kursus, sehingga menciptakan nilai tambah si pencari kerja saat melamar kerja. Biayanya akan ditanggung negara melalui kartu pra-kerja.

Pemerintah juga akan mengarahkan pemegang kartu pra-kerja untuk magang di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun perusahaan swasta.

3. Dapat Insentif atau Tunjangan

Selain dapat pelatihan, pemegang kartu pra-kerja juga akan diberi suntikan dana, berupa insentif atau tunjangan setiap bulan. Besarannya menurut pengakuan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Irman Chaniago, sekitar Rp1 juta per bulan.

4. Jangka Waktu 6-12 Bulan

Insentif atau tunjangan tersebut dikucurkan setelah program pelatihan berakhir. Supaya pemegang kartu pra-kerja bisa fokus mencari dan melamar pekerjaan, tapi dapur tetap ngepul meski belum punya gaji tetap.

Kucuran dana ini tentu saja tidak selamanya. Jangka waktu subsidinya hanya 6-12 bulan. Andaikan baru dapat kerja 5 bulan setelah pelatihan, pemegang kartu dapat insentif untuk 5 bulan itu. Selanjutnya tunjangan dicabut.

5. Masih Dikaji dan Bakal Masuk APBN 2020

Kartu pra-kerja belum rilis. Masih dikaji Kementerian Ketenagakerjaan, terutama terkait besaran dana insentif pengangguran. Tentu saja dengan mempertimbangkan kemampuan uang negara.

Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku, anggaran kartu pra-kerja, dan 2 ‘kartu sakit’ lainnya akan dialokasikan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun depan. 

Baca Juga: Lowongan Kerja di Jepang: Ini Posisi yang Dibuka, Gaji, dan Budaya Kerjanya

Yakin Mau Jadi Pengangguran?

Ngebayanginnya sih kayaknya enak, nganggur digaji lagi. Tapi percaya deh menjadi pengangguran itu benar-benar gak enak. Apalagi sengaja resign cuma demi membuktikan janji Presiden terpilih dan mendapatkan bantuan sosial atau kartu pra-kerja.

Tunjangan itu kan ada kriteria, syarat, dan jangka waktunya. Jadi gak mungkin negara menanggung terus hidup ‘pengangguran abadi.’ APBN bisa jebol untuk sesuatu yang non-produktif.

Okelah katakan kamu menganggur, dapat gaji Rp1 juta per bulan dari pemerintah. Hidupmu kalau cuma buat makan sehari-hari aman. Tapi apakah kebutuhan pokok hanya pangan saja, pasti kan gak. Ada kewajiban bayar sewa kos, listrik, air, cicil utang, beli pulsa telepon atau kuota internet, dan lainnya. Uang Rp1 juta gak akan cukup untuk bertahan hidup di Jakarta. 

Jadi jangan coba-coba nganggur deh, seperti yang dilakukan Wawan. Alih-alih berharap dapat subsidi dari pemerintah, kamu sendiri yang bakal bernasib malang.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by PENGANGGURAN REPUBLIKINDONESIA (@wawan.hirawan) on

1. Boring

Awal-awal menganggur sih memang enak. Bisa tidur larut malam, bangun siang saat matahari sudah tinggi. Makan, nonton tv, dan melakukan kegiatan lain dengan lepas dan bebas. Tidak ada beban atau deadline pekerjaan. Sehari, dua hari baik-baik saja, begitu waktu berlalu selama seminggu, mulai deh terasa bosan alias boring akut.

Kalau kamu yang terbiasa bekerja, tiga hari saja di rumah sebetulnya sudah jenuh. Apalagi sampai berbulan-bulan tanpa berusaha mencari atau melamar kerja. Aktivitas itu-itu saja, karena kalau pergi keluar hangout, biasanya pengeluaran akan membengkak.

2. Tabungan Terkuras

Hidup dengan status menganggur dalam jangka waktu lama, tentu saja akan mengancam keuanganmu. Karena yang tercatat hanya pengeluaran, tidak ada pemasukan. Walhasil menggerogoti tabunganmu, bahkan dana darurat.

Keuanganmu akan semakin menipis bila kamu tak kunjung mendapat pekerjaan. Sementara kamu tetap harus bayar ini itu, memenuhi kebutuhan pokok hingga biaya melamar kerja, seperti ongkos transportasi, print hardcopy surat lamaran kerja, dan sebagainya.

3. Nyinyiran Tetangga dan Tekanan Orangtua

Melihat kamu di rumah terus, tetangga atau orang-orang di sekitarmu pasti akan bertanya. “Kok di rumah terus?” atau “Gak kerja ya?” Begitu tahu kamu nganggur, siap-siap deh kuping panas dengar cemoohan atau nyinyiran orang-orang. “Masa ijazah S1 nganggur sih” atau “Kasihan orangtuanya, dikuliahin mahal-mahal, ujung-ujungnya nganggur.”

Gak hanya itu. Tekanan pun bisa datang dari orangtua agar segera bekerja. Kalau sehari, dua hari, seminggu nganggur, mungkin orangtua akan maklum. Begitu sudah jadi ‘pengangguran abadi’, komentar pedas bisa melayang ke kamu.

4. Galau dan Stres

Tekanan dan rong-rongan dari orangtua maupun tetangga, ditambah belum ada panggilan kerja dan kondisi keuangan yang morat marit bisa bikin mental kamu down, depresi, bahkan stres. Lengkap sudah penderitaanmu jika memilih jadi pengangguran. Kalau gak kuat, bisa jadi penghuni rumah sakit jiwa. Gak mau bernasib ngenes seperti itu kan?

Syukuri dan Nikmati Pekerjaanmu

Bekerja itu ibadah. Dapat pahala sekaligus uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Syukuri dan nikmati apapun pekerjaanmu, karena di dunia ini masih banyak pengangguran yang menginginkan ada di posisimu sekarang. Tetap semangat menjalani hidup ini.

Baca Juga: BPS: Rata-rata Gaji Pegawai di Indonesia Hanya Rp 2,79 Juta

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement