REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kuliner William Wongso turut hadir dalam Aceh Culinary Festival (ACF). Acara yang diselenggarakan pada 5-7 Juli 2019 itu menampilkan aneka masakan aceh.
Bagaimana kesan William terhadap kuliner Aceh? Menurutnya, masakan Aceh memiliki cita rasa kuat dalam setiap menunya.
"Membicarakan kuliner Aceh itu selalu menyenangkan karena sangat kuat cita rasa yang dihadirkannya," kata William.
Di masakan Aceh, menurut William, ada asam, gurih, dan pedas. Ia menganggap, kekuatan rempah dalam masakan Aceh sangat luar biasa.
"Ragam olahannya banyak. Ini menjadi keunggulan tersendiri dari kuliner Aceh," ujarnya.
Provinsi Aceh mempromosikan keragaman kuliner sebagai daya tarik wisata di daerahnya selain keindahan alam dan budaya yang dimiliki provinsi di ujung barat Indonesia itu. Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calender of Event (CoE) Esthy Reko Astuti di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa Aceh memiliki potensi luar biasa di sektor kuliner karena narasi dan gaya cerita yang kuat tentang kuliner Aceh.
"Kuliner Aceh merupakan suatu proses rangkaian dari proses hulu ke hilir sebab komersialisasinya bisa dimulai dari wisata agrikultur, wisata organik, wisata pendidikan, wisata sejarah, sampai wisata membuat makanan," kata Esthy.
Pihaknya mendukung dan mengapresiasi pelaksanaan ACF yang digelar di di Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh, akhir pekan lalu. Dalam portofolio pariwisata selama ini, sektor kuliner menyumbang sekitar 30-40 persen pendapatan pariwisata.
Ekonomi kreatif berkontribusi sebesar 7,38 persen terhadap perekonomian nasional dengan total produk domestik bruto sekitar Rp 852,24 triliun, dari total kontribusi tersebut subsektor kuliner menyumbang 41,69 persen.
"Kalau kuliner dibina dengan baik, semua aspek akan tersentuh. UMKM tersentuh, pariwisata, budaya juga tersentuh. Sangat luas pengaruhnya. Apalagi sektor perekonomian," ujar Esthy.
Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Helvizar Ibrahim mengatakan, sektor kuliner menjadi salah satu potensi yang menjanjikan bagi pariwisata Aceh. Pengaruhnya juga besar, misalnya, mi aceh, kopi Gayo, ayam tangkap, dan berbagai jenis makanan Aceh lainnya yang mempengaruhi kuliner di luar Aceh.
"Bahkan hingga di Indonesia bagian timur pun, mi aceh disukai masyarakat luas. Kopi Gayo telah mendunia. Itu semua menjadi bagian budaya dan tradisi Aceh. Sebuah identitas yang harus dimaksimalkan untuk mendukung pariwisata," ujar Helvizar.